3 Cara Mendidik Anak Menurut Ali bin Abi Thalib, Orang Tua Wajib Terapkan!
- https://www.pexels.com/@Naomi-Shi-374023
Orlet - Tentu nama Ali bin Abi Thalib sudah tidak asing lagi di telinga kita para umat muslim. Sebelum kita membahas cara mendidik anak menurut Ali bin Abi Thalib, mari mengenal terlebih dahulu siapa beliau bagi kalian yang belum tahu.
Ali bin Abi Thalib merupakan salah satu sahabat sekaligus menantu Nabi Muhammad SAW. Beliau menyandang gelar Amirul Mukminin dan Khulafaur Rasyidin yang keempat setelah Utsman bin Affan.
Dikutip dari luk.staff.ugm.ac.id sifat yang dimiliki Ali bin Abi Thalib seperti yang dijelaskan dalam kitab Usudul Ghaabah fi Ma'rifat ash Shahabah antara lain amat fasih dalam berbicara, berani, pantang mundur, dermawan, pemaaf, lembut dalam berbicara, dan halus perasaannya.
Berdasarkan penjelasan Sayyidina Ali bin Abi Thalib mendidik anak perlu disesuaikan dengan usianya. Simak uraiannya di bawah ini.
1. Usia 0-7 Tahun
Perlakukan anak bagaikan raja dimana sebagai orang tua harus sepenuh hati, ikhlas dan tulus melayani anak di bawah usia 7 tahun.
Anak kecil yang belum baligh tidak tahu perbuatannya benar atau salah, tidak dihukumi dosa oleh Allah SWT. Jangan sampai membentak, memukul anak hanya karena menurut kita mereka telah melakukan kesalahan.
Jagalah emosi dan lisan kita saat menghadapi tingkah polah mereka yang super aktif dan sangat menguji kesabaran. Perbanyak istighfar agar kemarahan tidak tersulut.
Di usia tersebut anak-anak hanya mengerti bahwa bermain adalah hal yang membahagiakan bagi mereka. Banyak mencoba hal baru yang mengundang rasa penasaran namun terkadang selalu sukses menghadirkan rasa lelah bagi orang tua yang mengasuh mereka. Bersabarlah menghadapinya hari ini, suatu saat moment tersebut akan kita rindukan.
2. Usia 8-14 Tahun
Perlakukan anak sebagai tawanan. Pada usia ini anak perlu diajarkan kewajiban dan diberikan hak. Seperti mulai membiasakan mereka untuk sholat lima waktu, belajar puasa, mengaji, dan hal-hal positif lainnya supaya mereka tumbuh menjadi manusia berakhlak mulia.
Orang tua perlu memberi contoh dan mengajari anak-anak untuk disiplin, bertanggung jawab terhadap tugas serta apa yang mereka perbuat.
Harus tegas memberikan batasan-batasan terhadap apa yang boleh dan tidak boleh untuk dilakukan anak-anak. Seperti misalnya larangan untuk keluar malam tanpa didampingi orang tua atau mahramnya.
3. Usia 15-21 Tahun
Umumnya pada usia ini anak telah mencapai akil baligh. Mereka beralih dari anak-anak menjadi remaja lalu dewasa. Selain mengalami perubahan fisik, perkembangan mental, spiritual, sosial budaya serta lingkungan yang berpotensi besar menimbulkan berbagai permasalahan dalam pergaulan mereka.
Maka dari itu, orang tua diharapkan mampu memposisikan diri sebagai sahabat, supaya anak merasa nyaman untuk berbicara terbuka tentang apa saja kepada orang tua, yang mana tentu dapat memberikan solusi terbaik bagi masalah yang sedang mereka hadapi. Dikhawatirkan jika mereka lebih suka curhat kepada kawan, justru dapat terjerumus hal-hal negatif jika salah dalam memilih teman.
Pada usia ini membekali anak dengan ilmu pengetahuan, keahlian akan sangat berguna bagi masa depannya agar siap terjun di masyarakat.
Membangun kedekatan dengan anak pada usia ini, tidak menjadi orang tua yang otoriter namun tetap memberikan pengawasan pada anak, akan membuat mereka jauh dari pergaulan bebas, anak-anak merasa tidak kurang kasih sayang, merasa dihargai dan dicintai.
Ali bin Abi Thalib menjelaskan bahwa mendidik anak juga harus disesuaikan dengan zamannya karena mereka hidup bukan di zaman kita.
Semoga cara mendidik anak seperti yang dituturkan Sayyidina Ali bin Abi Thalib dapat kita praktikkan serta senantiasa menjadi orang tua yang terbaik bagi anak dan keturunan kita menjadi manusia sholeh sholehah, bermanfaat bagi nusa, bangsa, negara dan agama.