Cerita Pendakian Gunung Merbabu Via Suwanting Lengkap Dengan Travel Video
- Viva/Idris Hasibuan
Olret – Setelah dua tahun lebih tak mendaki karena masih pandemi. Namun akhirnya di 22-24 Oktober 2021 menjadi awal mula kembali menikmati hangatnya mentari dari ketinggian. Sunrise yang dibersamai oleh lautan awan, sungguh menakjubkan dan membuatku ingin selalu mengulanginya.
Meski banyak pengalaman yang membuat perjalanan yang membuat kadang berpikir ulang, apakah akan mendaki lagi?.
Seperti kali ini, untuk menikmati keindahan gunung merbabu, saya pun mengikuti salah satu open trip di Jakarta dan mengukir kenangan manis bercampur keringat. Karena perjuangan yang sungguh menguras tenaga, gak percaya simak yuk cerita pendakian Gunung Merbabu Via Suwanting berikut ini.
Menaiki Travel Dari Jakarta Sampai Dengan Salatiga, Kisah Perjalanan Menikmati Keindahan Gunung Merbabu Pun Resmi di Mulai Dengan Niat Bahagia.
Tepatnya dua minggu sebelum berangkat, saya di ajak oleh Kak Nia untuk mendaki Gunung Merbabu Via Suwanting. Katanya jalur ini paling ekstrim dan sulit dibandingkan dengan jalur lainnya. Karena sebelumnya saya juga sudah melakukan pendakian gunung merbabu via selo, jadi saya rasa tak ada salahnya untuk mengikutinya.
Setelah perjalanan yang melelahkan lebih dari 10 Jam dari Jakarta sampai Salatiga, kami pun istirahat sebentar di Basecamp sambil mempersiapkan keperluan masing-masing. Suasana hangat warga sekita dan dinginnya udara pagi di Salatiga bercampur jadi satu.
Menaiki Ojeg Sampai Pintu Rimba, Kemudian Perjalanan Dilanjutkan Dengan Mendaki Secara Perlahan.
Setelah sampai di Pos 2, kami pun istirahat sejenak untuk memulihkan kembali tenaga yang masih ada. Tak lama kemudian, kami pun melanjutkan perjalanan. Dan dari sini, anggota rombongan mulai terpisah sesuai dengan kecepatan langkahnya masing-masing.
Dari basecamp saya pun dan sebagian rombongan pendaki lebih memilih untuk menggunakan jasa ojek. Selain menghemat waktu tentu saja sebagai wisatawan kita harus membangkitkan perekonomian warga setempat bukan?. Setelah sampai pintu rimba dan kami pun berkumpul semua. Perjalanan dimulai dengan berdoa, lalu melangkah selangkah demi selangkah.
Awalnya perjalanan masih ceria dan santai, namun tanjakan demi tanjakan dari pos rimba menuju pos 1 cukup terjal. Meski terjal, karena tenaga yang masih kuat, semua berjalan dengan lancar. Dari pos rimba ke pos 1 menghabiskan waktu kurang lebih 45 menit.
Oh iya, selama perjalanan menuju pos 1, cukup banyak pemandangan yang bagus dan vegetasi yang sedikit rapat sehingga mentari yang terik tidak begitu terasa.
Pos 1 Menuju Pos 2, Jalanan yang Semakin Terjal Dengan Udara yang Semakin Panas.
Dari pos 1 menuju pos 2 jalanananpun semakin tak bersahabat, tanjakan demi tanjakan semakin tinggi dan curam. Jarak dari pos 1 dan pos 2 juga sangat jauh, bahkan kami harus menempuhnya lebih dari 3 jam karena memang cukup banyak istirahat, meski pada normalnya ada yang bisa dengan menghabiskan waktu 2 jam.
Oh iya, disini juga banyak lembah yang harus dilewati. Dan ada juga lembah yang cukup angker dan tidak kita tidak bisa mengeluh jika ingin selamat.
Pos 2 Menuju Camp Area (Pos 3), Perjalanan yang Membuat Putus Asa. Harus Melewati 16 HM (Hekto Meter) Dengan Lembah yang Semakin Menanjak.
Jika sebelumnya, untuk menuju pos 2 kami hanya terbagi dari beberapa kelompok. Namun untuk menuju pos 3, kelompok pun semakin banyak karena rasa lelah dan capek masing-masing. Bagi yang cepat, mereka pun berjalan dengan cepat sedangkan yang lambat semakin tertinggal di belakang.
Dengan sisa-sisa tenaga yang masih ada, saya pun masih terus berjuang untuk mengejar orang yang di depanku. Karena jika menunggu yang dibelakang sudah terlalu jauh. Malam pun datang, sedangkan kami masih berada di perjalanan, mengambil jaket dan senter masing-masing sebagai penerangan.
Udara yang dingin dengan hembusan angin malam, membuat pendakian ini semakin ekstra hati-hati. Bukan hanya itu, tanjakan demi tanjakan yang dilalui semakin terjal. Sedangkan tenaga pun semakin kecil dan mulai membuat putus asa, namun tekad harus di bulatkan untuk keselamatan.
Sehingga akhirnya, kami pun sampai di camp area jam 8 malam. Namun sayangnya, tenda juga belum berdiri dan makanan pun tidak ada, karena memang orang yang sampai duluan medirikan tenda dengan salah. Rasa menggigil dan emosi peserta menyatu menjadi satu.
Peserta cewek di utamakan dan masuk tenda yang ada terlebih dahulu. Kemudian panitia dibantu peserta pun mendirikan tenda di tengah-tengah dingingnya angin malam.
Summit Atau Tetap Berada di Pos 3 Menjadi Pilihan yang Sulit, Namun Kuputuskan Akhirnya Tetap Berada di Pos 3 Karena Dinginnya Udara dan Belum Sarapan.
Awalnya tim memutuskan untuk summit menuju puncak jam 3, namun karena udara yang dingin dan angin kencang. Akhirnya summit diputuskan jam 4. Hampir semua summit, kecuali 3 peserta yaitu Kak Maria (karena sebelumnya paling lambat), cewek satu karena kakinya keselo dan saya sendiri karena dingin dan takut kecapean.
Bagi yang tak summit ke puncak, di pos 3 juga sangat bagus pemandangannya dan membuat betah berlama-lama. Sebut saja gagahnya sang merapi dengan lautan awan yang mengangumkan. Sumbing Sindoro juga yang terlihat angkuh meski sebagian besar di tutupi oleh awan.
Bukan hanya itu, warna-warni tenda para pendaki juga menjadi pemandangan yang sangat mengangumkan bukan?
Setelah Sarapan dan Istirahat Sejenak, Kami Pun Memutuskan Untuk Kembali ke Basecamp.
Sama halnya dengan mendaki, untuk turun dari gunung juga masih membutuhkan perjuangan yang melelahkan. Meski beban tak seberat berangkat, namun tenaga yang sudah mulai habis dan teriknya mentari harus dilewati. Dari pos 3 sampai basecamp, dibutuhkan setidaknya setengah dari waktu berangkat.
Biaya-Biaya Pendakian Gunung Merbabu Via Suwanting.
- Paket Open Trip Rp. 550.000,-
- Gojek PP Rp. 90.000,-
- Makanan, Jajajanan dan Lainnya Rp. 120.000,-