Hopping Island di Belitung, Setetes "Syurga" Nan Membuatku Jatuh Hati
- Viva/Idris Hasibuan
Olret – Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya, saya tidak pernah menjadikan Belitung sebagai destinasi yang harus dikunjungi. Namun, nyatanya takdir berkata lain, berkat juara 2 lomba menulis dari travelblog.id akhirnya saya bisa menginjakkan kaki di Negerinya Laskar Pelangi selama 3 hari 2 malam. Hari pertama dan ketiga kami eskplore beberapa wisata belitung dan tentu saja pantainya.
Katanya tak lengkap rasanya menginjakkan kaki di Belitung sebelum menikmati hamparan pasir lembut, lautan yang biru dan hijau bahkan secangkir kopi di batu-batu granit yang ada di Pulau Belitung.
Kuakui benar adanya, Hopping Island menjadi daya tarik utama pulau ini. Nah, di hari ke 2 ini akhirnya kami melakukan perjalanan yang menyenangkan dan tentu saja bahagia bersama air asia.
Selepas Bangun dan Sarapan di Hotel, Akhirnya Kami Pun Berangkat Menuju Pantai Tanjung Kelayang.
Setelah semalaman berkutak dengan editing artikel dari beberapa kontributor di Bapermulu.com dan akhirnya mata lelah dan tidur dengan pulas. Hingga akhirnya pagi mulai menyapa, setelah shalat, mandi dan langsung sarapan. Akhirnya kami pun melanjutkan perjalanan menuju Pantai Tanjung Kelayang.
Dari hotel tempat kami menginap sekitar 40 menit untuk menuju Pantai Tanjung Kelayang. Obrolan khas anak muda selalu menjadi perekat kami dalam perjalananan ini, hingga akhirnya tak terasa kami sudah sampai di area parkir. Kemudian kami harus mencoba beberapa alat keamana untuk hopping island, mulai dari baju pelampung sampai alat-alat snorkling.
Dan lalu kami melangkahkan kaki selangkah demi selangkah, hingga akhirnya bibir pantai dengan pasir putih dan barisan kapal yang sudah siap mengajak para pelancong untuk memanjakan mata dan bermain air di Pulau-pulau Belitung ini. Lalu kami pun memulai perjalanan hopping island ini dengan bahagia.
Pulau Batu Garuda, Batu Dengan Susunan dan Bentuk Burung Garuda di Kelilingi Air Laut yang Jernih.
Setelah kami menaiki kapal yang sudah kami sewa, akhirnya perlahan tapi pasti kapal kami pun menuju destinasi yang paling dekat terlebih dahulu yaitu Pulau Batu Garuda. Untuk menuju Pulau Batu Garuda ini diperlukan waktu sekitar 10 menit. Selama perjalanan, kami bisa mengayunkan kaki ke air laut sambil kapal berjalan terus.
Setelah mendekati Pulau Batu Garuda, kami tidak bisa singgah kesana karena memang tidak diperbolehkan dengan berbagai alasan. Seperti yang dituturkan oleh tour guide kami yaitu keselamatan dan terumbu karangnya.
Hanya karang di sekitar Pulau Batu Garuda ini yang masih asri dan segar-segar. Bersandarnya kapal berpotensi merusak karang yang letaknya di perairan yang cukup dangkal. Jadi kami hanya mengabadikan momen dari jarak tertentu ditemani angin sepoy-sepoy.
Puas Dengan Kepala Burung Garuda, Kami Pun Melanjutkan Perjalanan Menuju Pulau Batu Berlayar.
Setelah puas mengabadikan keindahan batu yang berbentuk Burung Garuda, kami melanjutkan Pulau Batu Berlayar. Untuk menuju pulau ini cukup memakan waktu karena harus mengelilingi pulau lainnya. Namun, tenang saja setelah sampai di pulau ini kamu akan langsung disuguhkan dengan pasir yang halus berbaur dengan lautan ombak kecil.
Sebuah tulisan Pantai Batu Berlayar terpampang kecil di depan bebatuan granit, lalu setelah melewatinya kami pun melanjutkan langkah kaki melompat dari batu yang satu ke yang lainnya.
Dari atas batu, kami melihat dengan jelas berbagai jenis ikan berenang di jernihnya air laut. Selain itu, perairan dangkal di sekitar Pulau Batu Berlayar ini memungkinkan kita untuk “berendam”. Tak jarang ketika berendam, beberapa ikan laut yang berukuran kecil akan melewati kita tanpa ragu.
Pulau Lengkuas, Salah Satu Ikon Belitung ini Memang Indahnya Kebangatan.
Puas dengan Pantai Batu Berlayar, kami pun melangsungkan perjalanan menuju Pulau Lengkuas. Masih seperti biasa, di tengah perjalanan menuju pulau lengkuas kami selalu bersenda gurau dengan crew kapal dan sesekali mata sayup-sayup untuk tidur di tengah terik matahari. Tak terasa kami pun sampai di Pulau Lengkuas, hamparan pasir putih langsung menyambut langkah kaki.
Kami pun berkeliling di sekitar untuk mencari spot yang menarik dan tentu saja tak lupa mengulik sejarah dari Pulau Lengkuas ini. Pulau Lengkuas. Nggak cuma indah, pulau kecil ini ternyata merupakan saksi sejarah kemerdekaan Indonesia lho! Selain bermain di pantai yang eksotis karena dikelilingi bongkahan batu granit.
Nah, di sini juga kami menyeruput es kelapa muda di tengah panasnya sang mentari. Oh iya, tapi di sini kamu tidak boleh duduk sembarangan di kursi yang tersedia karena ada beberapa memang yang harus di bayar. Meski kamu sudah jajan tetap harus bayar, rasanya aneh bukan? Tapi memang itulah salah satu keunikan pulau ini.
Tak Terasa Waktu Semakin Siang, Saatnya Menyantap Makan Siang di Pulau Kepayang.
Setelah dari Pulau Lengkuas, sebenarnya kami snorkling dulu sebentar di Pulau Babi, setelah capek dan lelah langsung menuju Pulau Kepayang untuk sekadar beristirahat dan mengisi tenaga yang sudah terkuras dengan makanan khas Belitung dan tentu saja kopinya juga.
Memasuki Pulau Kepayang tak disangka, kami bertemu dengan salah satu Atlet Nasional Kano yang sudah menjuarai berbagai lomba. Karena kami tidak begitu tertarik tentang dunia atlet dan selebritas kami hanya sekadar menyapa saja tanpa meminta foto juga. (teman traveling kali ini soalnya selebgram juga, haha).
Memasuki restoran di yang ada di Pulau ini, kami langsung mencari tempat duduk untuk makan dan memilih meja paling dekat dengan pasir, supaya viewnya langsung lautan luas. Nah, uniknya di sini adalah, kami harus mengambil minuman sendiri langsung berupa kopi atau teh yang sudah disediakan dalam bentuk perahu di restoran ini.
Tapi sayangnya, untuk segi pelayanan termasuk kurang karena saya melihat sendiri seorang pelanggan yang meminta sendok tambahan namun tidak di kasih. Mungkin karena itu tanggung jawab dari tour guidenya. Tapi gak ada salahnya kan membantu dan toh tak merugikan juga?
Pulau Kelayang, Bebatuan Dan Hutan Rimba Serta Monyet Menjadi Daya Tarik Utamanya.
Setelah puas dengan makan siang dan istirahat yang cukup lama, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Pulau Kelayang. Sebenarnya Pulau Kalayang ini merupakan tetangga dekat Pulau Batu Garuda dan mereka sudah lama bangat duduk manis namun mereka tak bisa menyatu karena dipisahkan oleh lautan luas.
Memasuki pulau ini kami kaget karena ternyata ada monyet yang lucu menyambut kedatangan kami. Kami pun mulai menelusuri selangkah demi selangkah hingga akhirnya sampai keistimewaan dari pulau ini.
Sebuah bebatuan yang sangat tinggi dan besar serta ada kubangan air yang bisa dijadikan kolam renang abadi. Sungguh indahnya berenang di dalam perut batu ini, airnya hijau bening bak permadani.
Terakhir, Menutup Hopping Island di Pantai Tanjung Tinggi. Lokasi Syuting Laskar Pelangi.
Setelah puas dengan menjelajahi pulau-pulau tersebut. Dengan segala lelah yang masih membuat badan rasanya malas untuk sekadar beranjak, namun kami masih harus menikmati sunset di Pantai Tanjung Tinggi. Karena di sinilah lokasi terbaik untuk menikmati sunset yang menawan.
Setelah sampai di Pantai ini, kami langsung disambut dengan prasasti yang bertuliskan “Lokasi Syuting Film – The Film Site of Laskar Pelangi” . Prasasti ini menjadi bukti nyata bahwa pantai ini memang menjadi salah satu lokasi syuting Bu Muslimah ini. Kami berjalan mengelilingi Pantai ini dari berbagai arah dan menunggu sang mentari menunjukkan warnanya nan memukau.
Namun sayangnya setelah beberapa jam menunggu, kami hanya bisa menikmati keindahan alam saja tanpa ada sunset karena takdir belum berpihak kepada kami. Tapi meski demikian, kami tetap bahagia karena asyik mengobrol dan sesekali mengetawain orang-orang yang lewat dan bersikap sok ramah.
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, kami pun akhirnya pulang menuju hotel untuk istirahat dan eksplore Belitung di hari yang ketiga yaitu wisata sejarah dan tentu saja oleh-oleh.
Sejatinya, Meninggalkan Belitung Rasanya Tak Sudi. Namun Waktu Liburan Pun Telah Berakhir.
Pada akhirnya mau tidak mau, suka tidak suka. Kami pun harus meninggalkan Belitung dengan segala pesona dan tentu saja pengalaman berharga ketika eksplore Pulau ini tak cukup hanya dituliskan dalam catatan perjalanan.
Begitu juga dengan foto-foto perjalanan, namun perjalanan ini akan selalu tersimpan di dalam sanubari bersama ingatan yang indah.