Healing di Purwakarta : Dari Camping, Kuliner Hingga Mendaki Gunung Bersama Sahabat

Helaing di Purwakarta
Sumber :
  • Viva/Idris Hasibuan

Olret – Bekerja di Jakarta yang penuh dengan tekanan memang sungguh membuat stres. Kadang pekerjaan yang tak kunjung selesai dan datang bertubi-tubi membuat pikiran rasanya ingin healing.

4 Fakta Maya Chanitcha Pimthong, Aktris Rookie Imut Dari Thailand

Nah, berawal dari kejenuhan bekerja di tengah hiruk-pikuk kota Jakarta, akhirnya saya dan rekan kerja memutuskan untuk mencoba pergi berwisata bersama-sama.

Mencoba mencari destinasi bermodalkan Instagram, kami akhirnya memutuskan untuk pergi wisata ke Purwakarta. Di mana jarak dengan Ibu kota tidak lah terlalu jauh dan tidak memerlukan cuti untuk sampai tujuan wisata terebut.

Naudzubillah! Pasangan Sesama Jenis Melakukan Maksiat di Dalam Masjid

Mungkin banyak yang tidak tahu bahwa wisata di Purwakarta tidak hanya terkenal dengan kuliner yang khas yaitu Sate Maranggi Haji Yetty. Tetapi ada juga wisata yang cukup ekstrim untuk dilakukan, yaitu menanjak gunung Parang Via Ferrata.

Gunung parang ini sudah ditancapkan tangga besi di sisinya agar para wisatawan dengan mudah untuk mendaki selayaknya para pendaki profesional yang bisa terbiasa melakukan panjat tebing.

Dari Kantor, Kami Pun Memulai Perjalanan. Ada Rasa Bahagia yang Sudah Menanti

4 Fakta Santa Pongsapak Oudompoch, Aktor Rookie di 7 Project Series

Menikmati alam purwakarta

Photo :
  • Viva/Idris Hasibuan

Perjalanan kami dimulai pada hari Sabtu siang dengan titik kumpul di kantor kami di sekitar wilayah Kuningan Jakarta selatan. Dengan bermodalkan Google Maps kami melihat jarak dari tempat kami menuju destinasi hanya memerlukan waktu tempuh sekitar 2 jam saja. Cukup mudah bukan untuk anda yang ingin melepaskan penat sejenak sambal mencoba olahraga yang cukup ekstrim ini.

Setelah sampai, kami di sambut oleh pihak penyelenggara. Di sini kami memutuskan untuk berkemah agar bisa lebih merasakan alam dengan lebih seksama. Berkemah di area camp ground yang telah disediakan, dengan pemandangan bukit dan Waduk yang begitu indah di sore hari, dan merasakan kesunyian dan ketenangan yang begitu indah ditemani bintang yang indah di malam hari.

Tidak lupa kami menyeduh kopi panas menggunakan kompor camping sederhana yang telah kami siapkan, menambah syahdu malam kami sambal bercengkrama bersama.
Pada pagi harinya, kami sudah disajikan sarapan yang diantar dari kantin menuju ke kemah kami.

Sebungkus nasi goreng lengkap dengan telur dadar dan kerupuk yang bagi kami sudah cukup mewah untuk didapatkan di alam terbuka ini. Tidak lupa pula, secangkir kopi pagi untuk menemani pagi kami bercengkrama dengan sang fajar yang mulai menaik dari balik bukit di depan kemah kami.

Pagi menjelang,..

Mendaki Gunung Parang

Photo :
  • Viva/Idris Hasibuan

Tidak lama berselang, sekitar pukul 7.30 pagi, instruktur kami sudah Bersiap dengan perlengkapan untuk mendaki gunung parang. Harnes dan helm untuk keselamatan, serta diajarkan panduan untuk mendaki yang cukup mudah dipahami bagi kami yang tidak pernah memiliki pengalaman sama sekali untuk memanjat tebing sebelumnya.

Di awal memanjat, cukup menyenangkan awalnya. Tetapi Ketika kita sadar melihat ke bawah, ternyata kita sudah merasakan ketinggian yang cukup ekstrim. Padahal ini baru awalnya saja.

Tetapi hal ini terbayarkan dengan pemandangan yang begitu menarik dari atas tebing, berupa hamparan sawah yang hijau, langit yang cerah, serta pegunungan yang terlihat begitu indah dari atas bukit yang kami daki.

Panas terik matahari tidak menyurutkan semangat kami untuk terus melangkah anak tangga yang semakin membawa kami ke atas. Hal menarik adalah Ketika kami menjalani tebing secara horizontal dan kami berfoto Bersama dengan grup kami dengan latar belakang tebing yang curam.

Jujur saya merasa bangga dengan diri saya bisa berfoto di atas sana, padahal kaki sudah gemetar dengan melihat ketinggian di bawah tebing.

Tidak terasa, perjalanan 3 jam mendaki gunung melalui anak tangga dengan ketinggian 300m kami lewati. Di lepas dengan kami Kembali ke area kantin pendakian untuk menikmati  minuman dingin yang sangat segar dan sudah tersedia, tak lupa santapan khas Sunda juga sudah disediakan. Ah rasanya, perjuangan yang melelahkan yang sudah kami kami lewati tersebu di bayar tuntas langsung.

Kuliner Sate

Photo :
  • Viva/Idris Hasibuan

Setelah makan dan beristirahat sejenak, kami pun Kembali pulang ke ibukota. Tetapi, tentu saja tidak lengkap jika tidak mampir di tempat makan khas di Purwakarta yaitu sate Maranggi Haji Yetti yang sudah sangat terkenal sejak lama.

Tidak lupa kami memesan Es Kelapa untuk menambah tenaga sebelum mengendarai kendaraan kami pulang ke tengah hiruk-pikuk Ibukota. Perjalanan memang menyenangkan, tetapi Kembali pulang dengan selamat adalah tetap tujuan Utama.

Cerita ini merupakan kiriman dari Harya Agus Hamzah yang sudah traveling di Purwakarta bersama sahabat-sahabatnya. Semoga kamu juga bisa kesana ya!