Belajar dari Jennifer Bachdim Soal Bertukar Peran dengan Suami, Masalah Tidak sih?
- Youtube @melaneyricardo1
Orlet - Kalian pasti sudah sering mendengar nama Jennifer Bachdim istri dari pesepak bola terkenal yakni Irfan Bachdim. Wanita empat anak tersebut sering menyita perhatian netizen dengan berbagai aktivitas kesehariaannya yang sering dibagikan di social media pribadinya. Terlebih gaya parenting yang dia terapkan cukup banyak memberikan pelajaran yang bagus bagi para pengikutnya.
Beberapa waktu lalu Jennifer Bachdim tampil dalam podcast Melaney Ricardo. Wanita yang berprofesi sebagai foto model tersebut bercerita bahwa ia sekarang sedang bertukar peran dengan sang suami. Dimana Irfan Bachdim di rumah menjaga anak-anak dan dirinya yang bekerja. Bagi perempuan berusia 36 tahun itu hal tersebut bukan masalah besar karena sang suami sudah bekerja sangat lama dan sering jauh dari keluarga. Kesempatan waktu istirahat Irfan Bachdim pun merupakan sesuatu yang baik karena dengan begitu Irfan Bachdim bisa hadir dan lebih dekat dengan buah hati mereka.
Seperti yang kita ketahui, bahwa kualitas bonding antara ayah dan anak bisa mempengaruhi kecerdasan si kecil. Maka dari itu, betapa pentingnya seorang ayah ikut berperan aktif dalam mengasuh anak-anak.
Sebenarnya, masalah tidak sih jika seorang suami menjadi bapak rumah tangga sedangkan ibu tulang punggung? Nah, sebelum melakukan hal yang sama seperti Jennifer Bachdim ada baiknya mempertimbangkan hal-hal berikut ini.
1. Kondisi Rumah Tangga
Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap kehidupan rumah tangga masing-masing orang tidaklah sama. Dengan kondisi finansial yang masih belum stabil, wajar bila suami istri bekerja demi mencukupi kebutuhan hidup keluarga kecil mereka.
Ada pula yang mana penghasilan sang suami sebenarnya lebih dari cukup untuk mengcover segala kebutuhan istri dan anak namun, karena keduanya mempunyai suatu target tertentu misalnya ingin mempunyai mobil pribadi dan lain sebagainya maka istri tetap ikut bekerja atau membangun usaha.
Dengan begitu, pandangan bahwa istri harus tetap di rumah mengurus pekerjaan rumah tangga, hanya suami yang wajib mencari nafkah tidak selalu tepat.
2. Bapak Rumah Tangga Bukan Berarti Menganggur
Yang namanya bapak rumah tangga dianggap full di rumah mengurus anak-anak mulai dari memandikan, menyiapkan makanan, menyuapi, bermain bersama anak-anak, beberes urusan domestik lainnya dan dipandang tidak berpenghasilan.
Jangan salah paham, siapa tahu kalau mereka punya passive income atau mungkin menjadi seorang pekerja freelance, bisnis yang tentu saja menghasilkan pundi-pundi rupiah bahkan lebih dari cukup untuk menutup kebutuhan sehari-sehari.
3. Ada Kesepakatan Bersama
Jangan sampai timbul pertikaian bahkan sampai berujung perceraian karena salah satu merasa dirugikan akibat pemahaman keliru tentang ‘bapak rumah tangga ibu tulang punggung’.
Penting bagi pasangan suami istri mencapai kesepakatan bersama sebelum memilih untuk membiarkan suami di rumah saja sedangkan istri yang bekerja membanting tulang.
Memberikan nafkah tetap tugas utama suami, hal itu tidak boleh dikesampingkan. Dan sebagai istri apabila mempunyai gaji lebih tinggi daripada suami jangan pernah merendahkan suami yang merupakan pemimpin dalam keluarga.
Pada intinya harus bekerja sama, saling mengerti dan memahami bahwa kalau istri yang bekerja suami jangan sampai berlaku seenaknya sendiri menggunakan uang yang dikumpulkan untuk have fun dan berfoya-foya tidak jelas. Dan istri juga tidak boleh semena-mena terhadap suami.
4. Sadar Prioritas
Bicara soal prioritas tentu pasangan suami istri dalam membangun rumah tangga yang baik dan sehat akan senantiasa berusaha untuk memandang ke depan demi kesejahteraan keluarga terutama anak-anak.
Oleh karena itu, sementara berganti peran bapak rumah tangga ibu tulang punggung bukan suatu kesalahan jika dirasa memang prioritas utama adalah kedekatan ayah dan anak.
Selama istri enjoy menjalankannya, suami support apalagi sekarang kesempatan bekerja dari rumah saja sudah banyak terbuka lebar. Jadi, apapun keputusannya selama kedua belah pihak tidak ada yang keberatan semua akan baik-baik saja.
Itulah empat hal yang perlu menjadi pertimbangan kita sebelum memutuskan bertukar peran antara suami dan istri. Kira-kira kalian setuju tidak?