Demi Anak, Seorang Ibu Rela Hidup Menderita Lahir dan Batin Dalam Rumah Tangga Yang Tak Sehat. Bijak
- google image
Olret – “Tahu diri boleh, tapi jangan pernah suudzon pada takdirmu juga anak-anakmu”
Ada seorang wanita sekaligus ibu rumah tangga yang sederhana dan biasa saja, bernama Hanum. Hanum memiliki 3 orang anak yang masih kecil. Dio anak pertama berusia 10 tahun, Anggi anak kedua berusia 6 tahun, dan si balita bernama Bayu.
Suami Hanum, bernama Prasetyo bekerja sebagai karyawan di salah satu Bank Ternama dengan gaji yang seharusnya mencukupi untuk menghidupi keluarganya. Jika bukan karena kebiasaan buruk lelaki itu suka berselingkuh dan menghamburkan uang untuk selingkuhannya. Namun, tidak bisa Hanum pungkiri, meski tukang berselingkuh, Prasetyo berhasil terlihat sebagai figure ayah yang baik ketika bersama dengan anak-anak mereka.
Walau hanya ibu rumah tangga biasa, tidak pernah bekerja di luar rumah karena pendidikan yang tidak terlalu tinggi. Hanum sebenarnya sudah tahu perselingkuhan suaminya sejak lama. Dan sama seperti wanita lainnya, dia sebenarnya tidak terima dengan perselingkuhan itu serta ingin pergi atau bercerai.
Namun, ada satu hal yang terus mengganjal hati dan pikirannya. Bagaimana nasib anak-anaknya kelak jika dia berpisah dari suaminya? Mampukah dia menghidupi ketiga anaknya dan memberikan pendidikan terbaik dengan pendapatan yang pas-pasan dari hasil menjual kue?
Bisakah anak-anaknya tumbuh tanpa figure seorang ayah? Dan tentunya pandangan masyarakat baik pada statusnya maupun anak-anaknya nanti? Serta ketakutan anak yang tumbuh dalam keluarga yang broken home tidak akan bahagia.
Karena itu, Hanum menelan pil pahit sendirian, tetap pura-pura tidak tahu perselingkuhan suami, menjalani rutinitasnya sebagai ibu rumah tangga sebagaimana seharusnya dan menahan diri, meski tidak merasa bahagia juga jijik saat harus melayani suaminya sendiri.