Hantu Demokrasi dan Politisasi Ruang Publik di Desa

Hantu Demokrasi dan Politisasi Ruang Publik di Desa.
Sumber :
  • Pixabay

Penulis : O

Masyarakat Bekasi Istimewa Deklarasi Dedi Mulyadi - Erwan Setiawan Dalam Pilkada Serentak 2024

Olret – Menjelang pesta demokrasi 2024 sudah mulai terasa, begitu pun dengan intrik-intrik politik yang bersamaan hadir dan dijual belikan di tengah-tengah perkotaan sampai pada sudut-sudut desa. Di tahun politik sekarang, telah menjadi hal lumrah dimana bentuk bantuan mudah diperoleh oleh masyarakat meskipun sebagian aspirasi itu hanya baru sampai pada ujung bibir.

Berangkat dari studi kasus kecil-kecilan, penulis temukan yang hadir dari pemerintahan yang ada di desa. Kebijakan yang dikeluarkan dari perangkat di desa secara senyap melalui bisik-bisik dari telinga ke telinga. Kebijakan yang dinilai sangat mencederai hak politik setiap masyarakat, terutama mereka yang mendapatkan bantuan sosial yang semestinya mereka dapatkan. 

Narman: Jembatan Dunia dengan Suku Baduy Melalui Craft

Aspek yang sangat tendensius yang dicoba dibangun oleh para oknum politik yang mirisnya lagi para aktor ini adalah mereka yang menduduki jabatan tertentu dalam pemerintahan desa. Bagaimana tidak, freming yang telah berhasil mereka buat adalah mencoba mencampur adukan urusan politik praktis dengan bantuan sosial yang harus diterima oleh masyarakat. Ketakutan ini mulai dirasakan oleh sebagian masyarakat terutama mereka yang telah terdaftar dalam penerima BLT, dan pengguna BPJS gratis serta akan merembet pada bansos yang lainnya.

Menurut keterangan yang datang dari masyarakat setempat mereka yang tidak mengikuti perintah untuk memilih caleg tertentu yang diinginkan untuk dicoblos di pemilu, namanya akan dihapuskan dalam bantuan sosial apa pun dan tidak akan menerima lagi. Sangat miris dimana kekuasaan ingin diperoleh dengan cara-cara yang sangat licik dan tidak manusiawi. Politisasi dan mobilisasi yang dicoba dipaksakan dengan memanfaatkan kekuasaan alternatif yang ada di desa. 

Nurman: Pengusaha Sukses di Balik Sepatu Kulit Ceker Ayam yang Mendunia

Dilematis memang, dimana demokrasi yang seharusnya menjamin seluruh hak suara masyarakat dan tanpa adanya paksaan dalam pemilu, tapi dicoba digenerisasi dan diganggu menggunakan kebijakan-kebijakan subjektif serta tidak memihak kepada masyarakat. 

Keberlangsungan demokrasi yang masih menimbulkan tanda tanya besar bagi kita semua. Sebuah prestasi ketika pemilu berjalan lancar dan damai, tapi prosesnya diwarnai ketakutan dari rakyat yang ingin memilih bebas dengan kriteria calonnya sendiri, namun di sisi lain memikirkan nasib hidupnya yang dipegang oleh pemangku kebijakan di desa.

Keegoisan dan keberingasan pengusaha hari ini bukan hanya dipertontonkan di tingkat atas, namun juga telah masuk sampai di ruang-ruang privat. Tidak ada kebebasan, itu kesimpulan yang bisa kita buat bersama, kejadian seperti ini menjadi titik tolak kita bersama untuk terus melakukan perlawanan, serta mengevaluasi seluruh tatanan yang ada pada masyarakat. Kekuasaan yang diperoleh dengan cara-cara yang kotor dan sangat menjijikan pada dasarnya akan menghasilkan pemimpin yang tidak punya kepribadian yang tidak baik.

Terulang kembali masyarakat akan menjadi tumbal dalam politik kepentingan. Hiduplah mereka yang senang mengisap darah rakyatnya sendiri.