Istri Itu Kuat. Tapi Sekali Dibentak Suami, Kekuatannya Hilang Bersama Remuknya Hati
- https://www.pexels.com/@Trần-Long-3093985
Olret – Dear Suami, Mungkin kau lupa, bahwa perempuan disampingmu saat ini bisa jadi dulunya adalah sosok perempuan yang punya hobi jalan-jalan. Yang bisa berjam-jam muterin mall untuk sekedar lihat-lihat baju atau sepatu yang barangkali cocok di hati.
Dear Suami, Mungkin kau lupa, bahwa perempuan di sampingmu saat ini adalah anak perempuan terakhir di keluarganya. Yang menjadi harapan agar bisa dekat dengan orang tuanya, yang bisa menemani di masa tuanya.
Dear Suami, Mungkin kau lupa, bahwa perempuan di sampingmu saat ini adalah perempuan yang dulunya punya banyak waktu untuk membahagiakan dirinya. Yang mempunyai sejuta cara untuk mengisi hari liburnya di sela-sela pekerjaannya.
Setelah Menjadi Istri, Perempuan Di Sampingmu Saat Ini Merelakan Banyak Hal
Ia rela jika ternyata tak bisa seatap dengan orang tuanya, karena harus mengikuti di mana kamu tinggal. Ia rela menahan rindu berbulan-bulan, karena tak berjumpa dengan orang tuanya.
Ia berjuang antara hidup dan mati demi melahirkan keturunanmu. Ia pun rela meninggalkan hobinya berjam-jam di mall demi menjadi ibu bagi anakmu. Ia rela jika waktunya kini hanya berpusat pada anakmu, sampai ia lupa kapan terakhir ia jalan atau nonton bioskop.
Istri itu kuat. Istri bisa masak sambil gendong anak, sanggup begadang menyusui anak, kuat menghirup bau pesing dan pup anak tiap hari, sigap lari-larian mengejar anak supaya mau makan, mau mandi dan lain sebagainya. Tapi sekali kena bentak suami, seketika kekuatan itu hilang bersamaan dengan remuknya hati.
Dengan Segala Hormat Kepada Para Suami,
Jangan kau hancurkan semangat istrimu dengan mendiamkannya. Jangan kau hancurkan hati istrimu dengan kata-kata kasarmu. Jangan kau lukai perasaan istrimu dengan tatapan yang dingin.
Demi rasa hormat dan patuhnya pada suami, ia relakan semua kesenangannya dulu. Yang dahulu hobi jalan-jalan, kini lebih banyak menghabiskan waktu di rumah demi membersamai anak.
Yang dulunya nempel sama orang tuanya, kini ia harus bisa mandiri dalam segala hal. Yang dulunya punya banyak waktu untuk dirinya sendiri, kini waktu yang ia miliki hampir semua untuk anak.
Jadi, kalau ada perbedaan pendapat dengan istri, itu wajar banget. Tapi, haruskah dengan melengkingkan suaranya dengan istri? Haruskah menatap wajah istri dengan mata yang terbelalak?
Semua itu sungguh membuat semangat para perempuan memudar.
Artikel ini terinspirasi dari instagram @sahabat.parenting dan @mamahdzu dengan penyesuaian oleh penulis.