Reboisasi Bentuk Cinta Pada Alam

Hutan Mati Gunung Papandayan
Sumber :
  • viva/Idris Hasibuan

Hal tersebut tentu saja secara tidak langsung berpengaruh pada kondisi bumi di masa depan kelak, apakah akan baik-baik saja atau justru keadaan-keadaan tersebut menjadi lebih parah

Libur Panjang 2025: Destinasi Wisata Terbaik untuk Keluarga

Namun, pada tataran praktis, efektivitas reboisasi di Indonesia masih sering dipertanyakan. Anehnya masih banyak program reboisasi yang gagal mencapai tujuan jangka panjangnya. Salah satu faktor utamanya adalah kurangnya perawatan pasca-penanaman.

Pohon-pohon yang ditanam sering kali tidak dipelihara dengan baik sehingga mereka mati sebelum tumbuh dewasa. Di sisi lain, lahan yang direboisasi sering digunakan untuk tanaman komersial seperti kelapa sawit, yang meski secara teknis meningkatkan tutupan hutan, namun tidak membawa manfaat ekologis yang setara dengan hutan asli.

Video Suasana Curug Sanghyang Taraje, Curug Ini Merupakan Tangga Menuju Khayangan

Selain itu, reboisasi hanya menangani gejala dari masalah yang lebih besar: eksploitasi alam yang tidak berkelanjutan. Penebangan hutan secara masif masih terus terjadi, terutama untuk pertanian, pertambangan, dan infrastruktur.

Dengan demikian, tanpa adanya perubahan mendasar dalam cara kita berinteraksi dengan alam, reboisasi tidak akan cukup untuk menghentikan kerusakar lingkungan.

Reboisasi Sebagai Bentuk Menata Masa Depan Bersama 

Ratih Kartika : Penulis 18 Buku- Aktivis Sosial dan Lingkungan-Pejuang Minim Sampah

Indonesia, dengan kekayaan alam yang tak ternilai, dihadapkan pada pilihan besar. Apakah kita akan terus melanjutkan siklus eksploitasi yang merusak, ataukah kita akan memulai perjalanan baru.

Halaman Selanjutnya
img_title