Sebab Jatuh Hati Ini Telah Terlanjur, Tak Mungkin Aku Bisa Mundur

Ketidakpastian semakin terlihat jelas, terutama saat percakapanmu dengannya belum berhenti. Aku takut jika nanti tumbuh cinta yang lebih besar lagi. Lalu kapan waktuku untuk menyediakan cinta?

Lalu kapan seutuhnya kamu ada buatku? Mengapa kamu pulang hanya untuk singgah, kemudian justru pergi lagi? Mengapa kamu ke sini, namun sangat terlihat jelas bahwa dengannya kamu masih jatuh hati?

Sepasang mata ini mengharap temu, kedua tangan ini mendambamu. Sebab kebahagiaan terasa utuh dan sederhana kala kita bersama. Sebab senyuman tak sanggup terkata di saat kita berjumpa. Tidak bisa kamu di sisi untuk selamanya? Lalu tetapkan pilihanmu sehingga tak perlu ada angan yang merasa dimainkan.

Baca Juga :

Isi Surat Wasiat Mahasiswa Unnes yang Bunuh Diri : Maafkan Aku Karena Telah Bunuh Diri

Titik akhirnya, memang aku yang harus selalu rela. Datang dan pergimu hanya repitisi percuma yang entah mengapa tetap saja mampu membuat bahagia.

Sederhana, bahagiaku tertitip di kamu. Jika kamu menuju arah yang bukan aku, begitu pun bahagiaku menjauh.

Entah hingga kapan harus terikat padamu. Sebab jatuh hati ini telah terlanjur, tak mungkin aku bisa mundur. Izinkan aku membuktikan bahwa hati ini pun berhak disuguhi kesempatan.

Dengan ramuan rasa sederhana, aku akan membangunkanmu dari hibernasi lelahnya kepercayaan hati. Aku akan melahapmu separuh, biar kamu tahu ke mana ruang itu kau berikan dengan utuh.

Halaman Selanjutnya

Aku menunggu sampai kamu mengandalkanku bukan hanya saat butuh, tapi karena akulah prioritas bahagiamu terisi penuh. Itu bukan keinginan yang muluk-muluk, kan? Kebahagiaanku kini masih bertumpu pada ketidakpastian.