Aib Sendiri Tak Tampak Cacat Orang Lain Jadi Gunjingan, Benarkah Ciri Masyarakat Kita?
- https://www.pexels.com/@keira-burton
Orlet - Bukan rahasia umum lagi, bahwa di berbagai lapisan masyarakat kita terdapat biang gosip yang selalu berusaha up to date dengan perkembangan terbaru, kasus-kasus yang terjadi di sekitar alias dalam hidup bertetangga.
Jika di kota-kota besar dimana tembok dan pagar menjulang tinggi, kesibukan pekerjaan hampir tak pernah membuat mereka mempunyai waktu untuk mengurusi kehidupan orang lain saja masih bisa bergosip ria ketika berkumpul dengan kawan, apalagi ketika anda hidup di desa dimana tingkat gotong-royong masih sangat kental, dimana pagi-pagi anda dapat melihat para ibu-ibu berkumpul di depan rumah sembari memiliki kegiatan berfaedah sampai aktivitas andalan yaitu membicarakan aib orang lain.
Bagaikan peribahasa gajah di pelupuk mata tak tampak semut di seberang lautan terlihat, fasih menguliti habis aib saudara dan tetangga sampai lupa waktu seakan-akan dia manusia paling sempurna yang tak memiliki kecacatan dalam hidup mereka.
Sungguh harus banyak bersabar ketika anda berhadapan dengan makhluk yang katanya memiliki pikiran dan nurani namun kenyataannya lisannya hobi menyakiti.
Lantas, mengapa sih membicarakan aib orang lain alias ghibah terasa menyenangkan?
Banyak faktor yang mendasarinya. Ada yang karena seseorang tersebut sangat membenci orang yang ia beberkan masalah hidupnya agar orang lain ikut membenci, prihatin bukan karena tulus kasihan tapi dalam artian menertawakan penderitaan orang lain, lupa bahwa setiap kali roda dapat berputar sehingga keadaan dapat berbalik pada si pengghibah, senang membandingkan bahwa kisah hidupnya tak seburuk orang lain.
Biasanya orang semacam itu apabila orang yang dia hina dibelakang berhasil bangkit dari keterpurukan dan dilimpahi kebahagiaan ia akan merasa kesal.