Teruntuk Kamu yang Namanya Pernah Kupinjam di Dalam Doa

Tetaplah Berusaha dan Berdoa
Sumber :
  • instagram

Olret – Aku berhenti mengagumimu. Teruntuk kamu yang namanya pernah aku pinjam dan kuselipkan di dalam doaku. Terima kasih sudah mau menjadi teman yang dapat memberikan semangat,serta nasihat nasihat yang baik. Sekarang aku nyatakan, Bahwa aku pernah mengagumimu dalam diam ku,tak sempat aku sampaikan padamu. Namun,kekaguman itu kini telah aku hentikan.

Jangan Sibuk Mencari Pembenaran, Jika Salah Minta Maaf Saja

Hari ini hingga seterusnya aku tak lagi menjadi pengagum dalam diam. Karena rasa kekagumanku ini perlahan lahan menjadi kegelisahan di dalam perasaanku yang tak wajar kurasakan.

Drama Korea Boys Love Love in the Big City Trending di X, Ungkap Sisi Cinta Sesama Jenis di Korea

Aku berhenti meminta kepada Allah agar berjodoh denganmu. Aku berhenti menanti kamu yang mungkin kau telah melupakan aku sebagai teman yang sebenarnya kau aku kagumi dengan diam diam, serta lancang menerbangkan namamu di sepertiga malam tanpa kau mengetahuinya.

Dulu Namanya Pernah Kupinjam Untuk Selalu Ku Doakan, Kini Biarlah Menjadi Masa Lalu yang Tak Perlu di Kenang Lagi.

Aku berhenti menuliskan bait bait sajak tentangmu. Aku berhenti memperjuangkan kamu yang mungkin ditakdirkan bukan untukku. Aku berhenti mengagumimu bukan karena kau tak pantas kukagumi. Tapi karena aku sadar ada yang lebih pantas yang harus dan wajib aku kagumi. Ya,dia adalah Allah yang telah menciptakan kamu dengan segala keindahan yang ada pada dirimu.

5 Bukti Bahwa Pasanganmu Mempunyai Cinta yang Tulus Padamu

Aku sadar, aku dan kamu bukanlah siapa siapa. Rasa dihatiku tak pantas hadir saat aku dan kamu belum memiliki ikatan. Cuma ini yang bisa aku sampaikan. Kini hanya bagian kenangan yang harus aku bersihkan. Biarlah aku yakin pada takdirNya. Siapa nantinya yang pantas aku kagumi didalam hati dan hidupku. Setelah hari sakral dan ikatan suci sudah tetjalin.

Dulu Kamu Adalah Sosok yang Paling Kukagumi, Saat Ini Kamu Sosok yang Paling Tega Menyakiti.

Terkadang mencintai manusia bisa serumit itu. Tidak ada yang benar-benar sederhana, selalu ada yang terjadi diluar rencana. Rupanya benar, ketika mencintai harus tetap menggunakan logika dan hati. Keduanya harus setara. Sebab, jika hanya hati yang memutuskan, perih menjadi resiko. Bila hanya logika yang diutamakan, tentu ego yang menjadi pamreran utamanya.

Namun, kenyataannya aku masih memilih menggunakan hati sebagai taruhannya. Cukup berat untuk menerima segala duka hanya demi membuatmu bahagia. Memang tak seharusnya begitu. Tetapi untuk sekarang aku masih mampu bertahan, entah sampai kapan. Karena aku yakin ini sebuah ujian cinta. Bukan seberapa cepat cinta itu datang, tapi seberapa lama cinta itu bertahan.

Seberapa Kuat Kamu Memeluknya, Jika Dia Akan Memilih Pergi, Maka Dia Akan Mudah Melepasmu.

Seberapa tangguh kamu menahannya untuk tetap tinggal, jika hatinya sudah tak lagi mengharapkan kamu, maka sama halnya kamu menyakiti diri sendiri. Jika masih merasa berjalan sendiri, cepatlah sadar. Buka mata dan hati untuk berpikir jernih. Apakah waktu dan seluruh perhatianmu terus terbuang sia-sia hanya untuk mengharapkan dia sadar kembali.

Jika Setiamu Dibalas Dusta, Maka Jangan Tergesa-Gesa Menyalahkan Diri Sendiri.

Jika kepercayaanmu dihancurkan dengan sengaja, bukan berarti kamu tidak pantas diberikan cinta. Jika ketulusanmu tak lagi dihargai, bukan berarti hal baik yang kamu lakukan sia-sia. Yakinl ah, setiap ketulusan akan dibalas dengan kebahagiaan.

Seberjuang apa aku untuk bisa melupakanmu, tetap saja tersisa kenangan yang masih kusimpan rapat-rapat. Bukan aku yang sengaja membiarkan, namun perihal kamu yang sudah menjadi bagian dari diriku. Itu sebabnya aku masih mampu melangkah jauh darimu. Kamu memang terlihat mudah untuk berpaling, sebab di dalam dirimu tidak ada lagi aku. Bahagiamu sudah bersama seseorang yang lain.

Sepertinya hatimu tak sedikit pun rapuh setelah berpisah dariku bahkan kamu tampak baik-baik saja. Dahulu kamu yakinkan bahwa akulah satu-satunya yang paling kamu inginkan. Saat ini, pergi adalah pilihan yang kamu sudah tetapkan. Sekarang aku dan kamu sudah berjalan masing-masing, seperti dua orang yang saling asing.