Pintaku Hanya Satu, Semua Pilu Tergantikan Suka Cita
- Pixabay/HolgersFotografie
Olret – Aroma tumisan rempah mengolok lambungku yang kosong
Saat ini, aku paham, mengapa mereka melegalkan darah dan menghalalkan kerusakan
Ya, mereka menghidu terlalu banyak, tetapi menyuap terlalu minim
Lalu, bagaimana kedamaian bisa tercipta di antara perut-perut kelaparan?
Beberapa orang berteriak mengenai keadilan dan perdamian
Seolah mereka adalah malaikat yang di utus Tuhan untuk mengurus umat manusia
Namun, apakah cukup dengan gembar-gembor semata, sementara kami di sini menangis menunggu nasi?
Berita kriminal dari berbagai sudut pijak, menggelitik liang pendengaranku, bising sekali
Beberapa tampak repot menyalahkan virus, penyebab semua kelaparan ini tercipta
Aku paham rasa sakitnya, rasa inginnya
Aku merindukan segelas es teh dan telur goreng, sesuatu yang kusebut sebagai kemewahan
Beruntung, Tuhan berkali-kali menyelamatkanku
Hingga aku tak perlu memanjangkan tangan mengambil keburukan dan menengadah memohon belas kasih
Beruntung, sungguh beruntung
Walau hingga kini, aku kerap menangis hanya karena terlalu ingin mencecap
Pintaku Hanya Satu, Semua Pilu Tergantikan Suka Cita
Suaraku serak, sesenggukan,
Kristal bening tak jua bosan membasahi pipi
Terlihat, tersurat
Inginku belum tersambut
Boleh aku pinjam pundakmu?
Barang sebentar …
Aku ingin berbagi kisah,
Semuanya ambyar
“Bagaimana bisa aku berharap pada makhluk?” batinku membeo saat itu,
Mencumbu tanah sebelum subuh
Pintaku hanya satu,
Semua pilu tergantikan suka cita
Walau percakapan ini hanya satu arah ajaibnya, diriku terdekap…
Terdekap sentuhan tak terlihat yang mengadiksi
Mengadiksi kalbu yang tak tahu apa-apa, dibuatnya tenang
Padahal dia tahu rasaku, serba tahu apa-apa
Simpan Semua Lelah
Yang tak nampak namun selalu ada
Yang tak terlihat yang mengiringi langkah
Eksistensi kepercayaan dalam sanubari
Repetitif keyakinan di hembusan nafas
Hitam dan putih
Gelap dan terang
Mampu dan payah
Kalkulasi abstrak yang tersirat
Beliau merupakan petunjuk
Dari semua hal tersirat dan tak tertangkap kornea
Dari perjalan tanpa kesudahan ini
Manifestasi sang penjaga
Simpan semua lelah…
Telan semua harmoni ilmu
Jaga tempo langkah
Karena celah balik telah pupus