Kisah Inspiratif Arky Gilang Wahab Jaga Kelestarian Bumi Melalui Budidaya Maggot

Arky Gilang Wahab
Sumber :
  • Instagram @arkygilang

Olret – Sampah organik ternyata menyimpan bahaya yang cukup besar meskipun dapat terurai secara alami oleh lingkungan. Dilansir dari sustaination.id yang termasuk sampah organik adalah sampah sisa makanan, dedaunan, bangkai hewan, kotoran hewan ternak, hewan liar, hewan peliharaan, sisa kayu seperti serbuk gergaji, sisa potongan kayu mebel dan lain-lain, sisa sayur dan buah, bagian tubuh atau sisa hewan seperti tulang dan bagian organ dalam hewan yang tak dikonsumsi dan seterusnya.

Kisah Nyata : Misteri Pendaki Tanpa Kepala di Gunung Sumbing

Selain itu, ada beberapa alasan mengapa sampah organik dapat merusak lingkungan diantaranya bisa memproduksi gas metana yang bersifat mudah terbakar itulah mengapa kerap terjadi kebakaran di area pembuangan sampah secara tiba-tiba. Bukan itu saja, sampah organik yang menumpuk berpotensi menyebabkan ledakan besar seperti yang pernah terjadi di TPA Leuwigajah, Cimahi, Bogor, Jawa Barat. Tak sampai di situ, sampah organik yang menggunung juga bisa memicu global warming serta berbagai penyakit mematikan yakni infeksi kulit, infeksi salmonella, keracunan makanan, hepatitis A dan sebagainya.

Betapa bahayanya sampah organik yang masih jarang disadari oleh masyarakat karena dianggap dapat terurai sendiri, padahal sebenarnya merupakan ancaman besar jika tidak ditangani dengan benar. Parahnya lagi, bau tak sedap dari banyaknya sampah yang dibiarkan begitu saja sangat mengganggu aktivitas para warga seperti yang terjadi di desa Banjaranyar, kecamatan Sokaraja, kabupaten Banyumas, provinsi Jawa Tengah. Sampah yang berada di sudut-sudut desa tersebut, menjadi permasalahan utama masyarakat setempat.

Kisah Nyata (Part 1): Angkernya Jalur Dukuh Liwung Gunung Slamet

Semua berubah kala sosok pemuda bernama Arky Gilang Wahab dibantu oleh adik iparnya tergerak untuk menanggulangi masalah sampah yang meresahkan warga Banjaranyar tersebut dengan cara melaksanakan program budidaya maggot.

Mengutip dari gramedia.com maggot atau belatung merupakan larva dari jenis lalat Black Soldier Fly (BSF). Lalat BSF sendiri merupakan hewan yang memiliki antibiotik alami dalam tubuhnya sehingga membuatnya tidak membawa penyakit. Maggot memiliki nama latin Hermetia Illucens. Lalat BSF dewasa meletakkan telur-telurnya di celah-celah atau pada permukaan di sekitar materi yang membusuk seperti sampah organik dan kompos lalu akan menetas dalam waktu 4-5 hari. Larva itulah yang akan memakan dan menguraikan sampah organik dalam waktu 1 hari.

Hutan Pinus Limpakuwus : Dari Wisata Keluarga Hingga Area Preweding

Melalui program yang digagas oleh pemuda bergelar Sarjana Teknik jurusan Geodesi jebolan ITB itu awalnya hanya mengolah sampah di sekitar lingkungan tempat tinggalnya sebelum akhirnya mampu mengolah 5 ton sampah setiap hari yang berasal dari 5.500 rumah serta 72 instansi pemerintah di kecamatan Sumbang dan Sokaraja.

Program sistem konversi limbah organik untuk ciptakan ketahanan pangan tersebut mulanya bermodalkan maggot seberat 5 gram dan memberikan makanan pada larva lalat BSF tersebut dengan sampah organik yang telah dikumpulkan dari kampung mereka. Usaha tersebut membuahkan hasil berupa pupuk organik sejumlah 7 kilogram sekaligus menjadikan tanah lebih subur. Maggot yang dibudidayakan Arky juga memiliki nilai ekonomi, kaya nutrisi dan protein sehingga sangat cocok untuk makanan ternak.

Halaman Selanjutnya
img_title