Mudita: Praktek Simpatik Bahagia Diatas Kebahagian Dalam Buddha

Mudita
Sumber :
  • gattyimage

OlretMudita adalah berasal dari bahasa Sansekerta dan Pali yang tidak memiliki padanannya dalam bahasa Inggris. Itu berarti kegembiraan yang simpatik atau tidak egois, atau kegembiraan atas nasib baik orang lain. Dalam agama Buddha, mudita berperan penting sebagai salah satu dari Empat Yang Tak Terukur (Brahma-vihara).

6 Alasan Temanmu Menolak Bantuanmu, Hargai Saja Keputusannya

Mendefinisikan mudita, kita mungkin mempertimbangkan kebalikannya. Salah satunya adalah rasa cemburu. Yang lainnya adalah schadenfreude, sebuah kata yang sering dipinjam dari bahasa Jerman yang berarti menikmati kemalangan orang lain. Jelas sekali, kedua emosi ini ditandai dengan keegoisan dan kedengkian. Mengolah mudita adalah penawar dari keduanya.

Mudita digambarkan sebagai sumber kegembiraan batin yang selalu tersedia, dalam keadaan apa pun. Hal ini diperluas ke semua makhluk, tidak hanya kepada orang-orang yang dekat dengan Anda. Dalam Mettam Sutta (Samyutta Nikaya 46.54) Sang Buddha berkata, "Saya menyatakan bahwa pelepasan hati melalui kegembiraan simpatik memiliki lingkup kesadaran tanpa batas sebagai keunggulannya."

Bukan Cuma Modal Bahenol, Ini 3 Tips Membuat Lelaki Jatuh Cinta Padamu

Terkadang guru berbahasa Inggris memperluas definisi mudita dengan memasukkan "empati".

Mengolah Mudita

Sarjana abad ke-5 Buddhaghosa memasukkan nasihat tentang menumbuhkan mudita dalam karyanya yang paling terkenal, Visuddhimagga, atau Jalan Pemurnian. Orang yang baru mulai mengembangkan mudita, kata Buddhaghosa, tidak boleh memusatkan perhatian pada seseorang yang sangat dicintai, atau seseorang yang dibenci, atau seseorang yang dianggap netral.

Mengenal Andrew Kittikorn Inkaew, Guru Relawan di Hometown's Embrace

Sebaliknya, mulailah dengan orang ceria yang merupakan teman baik. Renungkan keceriaan ini dengan penghargaan dan biarkan hal itu memenuhi diri Anda. Bila keadaan kegembiraan simpatik ini kuat, maka arahkanlah ke arah orang yang sangat kita kasihi, orang yang “netral”, dan orang yang menimbulkan kesulitan.

Halaman Selanjutnya
img_title