Mudita: Praktek Simpatik Bahagia Diatas Kebahagian Dalam Buddha

Mudita
Sumber :
  • gattyimage

Tahap berikutnya adalah mengembangkan ketidakberpihakan di antara keempatnya—orang yang dicintai, orang yang netral, orang yang sulit, dan diri sendiri. Dan kemudian kegembiraan simpatik disalurkan atas nama semua makhluk.

Tentu saja, proses ini tidak akan terjadi dalam satu sore. Lebih lanjut, Buddhaghosa berkata, hanya orang yang telah mengembangkan kekuatan penyerapan yang akan berhasil. "Penyerapan" di sini mengacu pada keadaan meditasi terdalam, di mana perasaan diri sendiri dan orang lain menghilang.

Melawan Kebosanan

4 Zodiak yang Menginginkan Kisah Romantis

Mudita juga dikatakan sebagai penangkal ketidakpedulian dan kebosanan. Psikolog mendefinisikan kebosanan sebagai ketidakmampuan untuk terhubung dengan suatu aktivitas.

Hal ini mungkin terjadi karena kita dipaksa melakukan sesuatu yang tidak ingin kita lakukan, atau karena alasan tertentu, kita tidak bisa memusatkan perhatian pada apa yang seharusnya kita lakukan. Dan melakukan tugas yang berat ini membuat kita merasa lesu dan tertekan.

Dilihat dari sini, kebosanan adalah kebalikan dari penyerapan. Melalui mudita muncul rasa kepedulian yang berenergi menyapu kabut kebosanan.

Kebijaksanaan

Teaser Love in the Big City : Karakter Nam Yoon Su Semakin Berkembang

Dalam mengembangkan mudita, kita jadi menghargai orang lain sebagai makhluk yang utuh dan kompleks, bukan sebagai karakter dalam permainan pribadi kita. Dengan cara ini, mudita merupakan prasyarat untuk welas asih (Karuna) dan cinta kasih (Metta). Lebih lanjut, Sang Buddha mengajarkan bahwa praktik-praktik ini merupakan prasyarat untuk kebangkitan menuju pencerahan.

Di sini kita melihat bahwa pencarian pencerahan tidak memerlukan pelepasan diri dari dunia. Meskipun mungkin kita harus bersembunyi di tempat yang lebih tenang untuk belajar dan bermeditasi, dunia adalah tempat kita menemukan latihan--dalam kehidupan kita, hubungan kita, tantangan kita. Sang Buddha berkata,

“Di sini, O, para bhikkhu, seorang siswa membiarkan pikirannya meliputi seperempat dunia dengan pikiran-pikiran kegembiraan yang tidak mementingkan diri sendiri, dan demikian pula yang kedua, dan yang ketiga, dan seterusnya yang keempat. Dan demikianlah seluruh dunia, di atas, di bawah, disekelilingnya, di mana saja dan secara merata, ia terus meliputi hati dengan kegembiraan yang tidak mementingkan diri sendiri, berlimpah, tumbuh besar, tak terukur, tanpa permusuhan atau niat buruk.” -- (Digha Nikaya 13)

Halaman Selanjutnya
img_title
Saat Ada Masalah Dalam Hubungan Jangan Mudah Mengucap Kata Selesai