Fomo Terhadap Partisipasi Generasi Z Dalam Pilkada 2024

Gen Z
Sumber :
  • https://images.app.goo.gl/dsZHM963AvbPRFxs7

Olret –Tidak terasa sebentar lagi akan ada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Argumen pergulatan soal Pilkada 2024 kian memanas di media sosial.

Teknologi informasi digital telah mengalami perkembangan pesat dan menciptakan perubahan mendasar dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Mulai dari komunikasi, pendidikan, ekonomi, hingga pemerintahan terlebih dalam pilkada 2024, semua sektor kini bergantung pada sistem digital untuk mempermudah dan mempercepat proses.

Selain dugaan kondisi dalam perhitungan suara, kini muncul lagi budaya saling menyalahkan antar pemilih. Pemilih pemula yang didominasi generasj Z dinilai tidak mempertimbangkan gagasan dari kandidat, melainkan hanya fomo atau rasa takut ketinggalan . 

Pemilu dan pilkada merupakan momen penting dalam demokrasi Indonesia, yang di mana suara setiap warga negara memiliki dampak yang signifikan terhadap arah kebijakan publik dan masa depan masyarakat. Keterlibatan Generasi Z dalam pemilu menjadi hal penting untuk memastikan bahwa perspektif dan kepentingan mereka terwakili.

Melihat perkembangan teknologi digital kian melesat, adanya media sosial juga membuat Generasi Z sering kali dianggap terlalu peduli terhadap berbagai isu, termasuk isu-isu politik seperti menjelang pilkada 2024 di Indonesia.

Pilkada 2024 seharusnya menjadi salah satu momen penting bagi Generasi Z untuk turut berpartisipasi aktif dalam menyuarakan aspirasi dan pilihan mereka. Namun, maraknya fenomena psikologis yang kita kenal dengan nama FOMO (Fear of Missing Out) malah mempengaruhi cara generasi Z terlibat dalam proses politik di Indonesia. 

Secara umum Fomo adalah perasaan takut ketinggalan terhadap tren tertentu. Sementara dalam kaitan politik dan pilkada 2024 gen Z dianggap memilih salah satu paslon karena masifnya tren di media sosial yang berkaitan dengan kampanye-kampanye unik.

Dalam konteks ini, pemahaman Fomo, yang merupakan katalis potensial dalam menghambat partisipasi, menjadi fokus utama.

Apabila generasi Z Fomo terhadap pilkada 2024 mungkin akan merasa tertinggal jika mereka tidak berpartisipasi aktif dalam pemilu, banyak generasi Z yang tertarik dengan isu-isu politik dan ingin terlibat dalam kampanye atau gerakan sosial dalam pemilu 2024.

Sebab semua perubahan besar dimulai dari cara berpikir. Kalau mau meraih sesuatu yang baru, pertama-tama ganti cara pikir. Mindset baru bukan sekadar soal berpikir positif, tapi juga tentang membuka pikiran untuk hal-hal yang sebelumnya nggak pernah dipikirkan. Bayangkan jika fomo dapat mendorong Generasi Z untuk turut berpartisipasi aktif dalam partisipasi politik. Maka dapat manfaatkan untuk menyebarluaskan narasi-narasi yang persuasif agar generasi Z semakin terpacu untuk ikut berpolitik secara sehat.

 "Rasa percaya diri dimulai dari dalam diri. Percaya pada kemampuan diri sendiri untuk mengatasi segala hal, bikin segalanya jadi mungkin."

Maka dalam hal ini, perlunya peran para penyelenggara mampu memberikan pemahaman politik kepada generasi Z dan seluruh masyarakat sehingga kadar FoMO dalam berpolitik dapat menurun. Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman yang mendalam mengenai fenomena FoMO dan strategi khusus yang harus dilakukan oleh generasi Z dalam menghadapi pesta demokrasi 2024. 

Selamat menyelami FOMO Gen Z dan berselancar di media digital yang tak bertepi.