Perjalanan Mistis Di Gunung Semeru, Diganggu Penghuni Dunia Lain (Part 2)

Perjalanan Mistis Di Gunung Semeru
Perjalanan Mistis Di Gunung Semeru
Sumber :
  • idris hasibuan

Olret – Setelah ketakutan yang menggebu di Part 1 : Perjalanan Mistis Di Gunung Semeru, Diganggu Penghuni Dunia Lain. Kami pun melanjutkan perjalanan.

*****

Jurang klosot begitu nukiknya itu turunan, suasana hutan sudah mulai mencekam atau mungkin mentalku yang mulai kendor. Berulang kali kami berdua jatuh tergelincir. Tak lama kemudian nampaklah di depan kami batas hutan dan padang rumput. Pangonan Cilik, pertanda di depan sana Ranu Kumbolo sudah siap menanti.

Subhanallah.... aku berhenti seketika dengan rasa takut yang luar biasa. Di padang rumput yang luas itu penuh dengan aneka satwa liar yang berlarian saling berkejaran. Tak ketinggalan suara mereka terdengar hiruk pikuk saling bersautan. Kakiku lemas seketika tak kuasa untuk berdiri. Bersimpuh ditempat tanpa suara.

Mail mendekat sambil berbisik lirih di telingaku, dia tahu kalau aku dalam kondisi ketakutan yang sangat. "kamu melihat apa ya....?"

"itu di Pangonan cilik penuh dengan satwa liar"

"aku tak melihat apapun, sepi bahkan hening"

"watduh.....!!!"

Aku perbanyak sholawat sambil terus menatap ke binatang-binatang liar itu, aku mulai ragu dengan pandangan mataku. Ini hoax apa fakta. Keraguanku semakin nyata pada pandangan mataku, karena terlihat rombongan gajah.

Ini pulau Jawa hutannya tidak ada gajah ditambah ada si Raja hutan yang mengaum menyerampan sampai merinding berat aku saat itu. Singa hanya ada di Afrika nalarku masih jalan.

"Mail, di sini kok ada singa dan gajah" tanyaku terbatah antara heran dan takut yang luar biasa.

"ini aneh ya, aku tak melihat apapun bahkan heningnya amat mencekam sampai merinding aku, baru kali ini aku merasakan suasana seperti ini"

"atau kali ini kamu yang mulai dikerjai mereka Dho"

Logikaku berusaha terus aku pakai sekalipun rasa takut masih kuat menguasaiku. Aku mulai berdiri ku intip jalur sebelah kiri dengan perlahan.

*****

"Ya allaaaah......."

Se ekor babi hutan yang amat besar dan taringnya gedhe melengkung berlari kencang ke arahku. Tak sempat aku menghindar dan wusssss......dia tembus menabrakku, aku terpental ke belakang. Mail menatapku keheranan.

"kenapa kamu Dho.....?"

"kali ini kamu benar il, ayo kita lanjutkan perjalanan tapi kamu di depan"

"memangnya apa yang barusan terjadi.....?"

"aku barusan diterjang babi hutan, tapi tembus ke dadaku"

"ini gila, benar-benar gila"

Mail ngomel sambil mengawali melanjutkan langkah. Aku mengekor dibelakangnya masih dengan ketakutan tingkat tinggi. Karena disekelilingku masih terlihat banyak binatang liar yang saling berkejaran. Sholawat terus mengalir, perang antara dunia nyata dan ghoib terus berlangsung dibatinku. Akhirnya kembali sepi, arah tujuan mulai nampak gelap. Perasaan mulai lega.

"Mail itu di depan watu babi apa babi hutan beneran"

aku melihat onggokan batu yang nenyerupai babi, jadi kamu menyebutnya watu babi bertanda di depan sudah terbentang Ranu Kumbolo.

"watu babi Dhox"

"alhamdulillah berarti pandanganku sudah mulai normal"

Hari telah gelap, secara bersamaan aku dan Mail berhenti dan secara bersamaan pula kami reflek berucap "feelingku ini sudah di gubuk pendaki"

"iya, tapi mana gubuknya"

"danaunya juga tidak ada"

kami berdua berpandangan keheranan.

Suara adzan tiba-tiba terdengar, berbarengan dengan munculnya gubuk pendaki di depan kami. Kami berdua berdiri tepat di depan pintu gubuk.

"Lho.......ini gubuknya.... "

"itu danaunya..... "

Kedua tempat yang semula tidak nampak dimata kami sekarang hadir dengan nyata. Aku melongok ke dalam gubuk yang ternyata penuh dengan pendaki, ku tanya pada pemilik radio yang mengumandangkan suara adzan itu.

"mas itu adzan apa.....?" beberapa orang menyahut bersamaan

"adzan maghrib mas" "apaaaa....... maghribbbbb..... " kami berdua terbelalak tak percaya.

Siapapun yang pernah ke Ranu Kumbolo tak akan ada yang percaya, perjalanan Ranu Pane ke Ranu Kumbolo ditempuh kurang dari satu jam. Kami berdua selaku pelaku sejarah sampai saat ini seakan tak percaya, aneh tapi nyata.

Belum habis rasa heran kami, saat membalikkan badan hendak mencari tempat istirahat. MasyaAllah di kanan kiri jalan yang kami lalui tadi penuh tenda yang berjajar. Sebelumnya tidak kelihatan oleh mata dan anehnya lagi tidak satupun tertubruk oleh kami. Mereka semua memandang kami penuh keheranan, sebaliknya kami berdua.

Ada seonggok api unggun bekas porter yang ditinggal, masih ada baranya disana. Daypack aku buka kluarin kentang, jejalkan ke dalam bara. Jurus berikutnya kopi hitam khas tengger kami seduh. Menunggu air mendidih merenung masih tak percaya dengan apa yang barusan kami alami. Kopi hitam tlah tersaji seruput dengan mesrah.

"kita dibantai kali ini Dhox, aku lupa pertahanan diri"

Mail berguman lirih sambil mengembang tipis senyumnya.

"baru nyadar aku klo mereka mengikuti kita sejak dari ladang penduduk tadi"

"sejak teguran terakhir penduduk itulah mereka sudah mulai muncul, tapi aku cuekin aja"

tiba-tiba alunan suara adzan terdengar lagi dari radio tetangga, ya benar itu adzan isyak.

kentang bakar siap disantap, gosong dan menghitam ditemani kopi dan api unggun yang kami nikmati berdua, seperti di film-film koboi.

penderitaan belum berakhir kantuk datang menyerang. Mendekap kaki yang dilipat sambil menunduk khidmat pejamkan mata. Mata ngantuk berat tapi pikiran berkelana kemana-mana.

"Dhox si manis datang ke sini, coba lihat"

si manis adalah julukan kami pada makhluk yang sering menggoda pendaki. wajahnya putih cantik berpenampilan pendaki full asesoris, topi rimba celana lapangan, PDL yang dibalut rompi serta bandana dan sepatu treck. Tampilan dambaan pendaki kala itu. Dia munculnya selalu dari tepian danau yang ada pohon tumbang menjorok ke danau.

"dia semakin mendekat Dhox"

"uda biarkan, aku nggantuk"

****

Padahal sebenarnya rasa takutku masih belum juga hilang. terdengar suara langkah mendekat dengan menyeret sesuatu, masuk ke dalam gubuk berputar masuk lagi sampai tiga kali.

"Mail gubuk ini kan hanya satu pintu, kok dia bisa berputar sampai tiga kali

"kalau dia sih bebas Dhox mau lewat mana"

"He.... tinggalin ponconya kami tidak bawa apa-apa nih"

Mail menegur seseorang yang tiba-tiba langkahnya terhenti, aku masih menunduk dan menutup mata, tapi merasa ada yang melihatku dengan lekat.

"il aku ini nunduk dengan mata masih terpejam, tapi kok sepertinya ada yang nenatapku"
"iya ini si manis berhenti tepat di depanmu"