Kehilangan Memang Menyakitkan, Tapi Selalu Ada Hikmah Darinya
- freepik.com/jcomp
Olret – Perpisahan memang selalu sialan. Ia tak pernah memberi aba-aba secara jelas kapan ia akan datang. Setelahnya, ia menjadikan segalanya terasa asing. Menjadi dua orang yang seakan-akan saling tak mengenal satu sama lain.
Saling abai karena katanya tak ingin timbulkan kenangan lama yang masih menghangat dalam jiwa. Pun perkara cium kening tanda sayang paling dalam, yang merupakan ritual wajib sebelum pulang dan pertemuan selanjutnya.
Kita tak tahu. Atau, aku tak tahu. Apakah perpisahan ini hanyalah jeda, atau memang titik akhir dari segala hal yang ada. Yang benar-benar ku tahu, perpisahan selalu tinggalkan sesak sialan yang entah kapan akan mereda.
Kehilanganmu Memang Membuatku Kehilangan Banyak Hal, Tapi Selalu Ada Pembelajaran Darinya yang Diberikan Tuhan.
Ku bilang, kehilanganmu akan membuatku kehilangan banyak hal. Tak hanya tentangmu, tetapi tentang sebagian hidup yang kita bangun bersama pula. Tentang rasa percaya yang dulu pernah sirna, dan kini muncul kembali seiring hadirnya dirimu disini.
Tentang cerita tentang masa depan yang sempat ku kubur dalam karena ku rasa tak kan lagi ada penerimaan. Dan tentang penantian pada malam-malam ke 10 hingga 14 demi pertemuan singkat dan menyenangkan.
Pertemuan yang membawaku pada rasa tak lagi sendirian. Karena disitu ada kamu. Yang sempat berkata, "aku akan disini." Tetapi kini, ia bagimu mungkin hanya kenangan usang. Bahkan setelah kepergianmu hingga berkali-kali berganti bulan, tentangmu tetap sama. Sama berharganya. Walau kini ku nikmati sendirian.
Kita, adalah dua yang patah. Yang datang saling memberi peluk, Menyalurkan kuat. Hingga, Mungkin semakin lama peluk itu membosankan. Dan kamu yang datang dengan banyak penawaran, Memilih pergi. Meninggalkan dingin yang tak bersisa, Karena peluk hangat penerimaan itu kini telah tiada.
Katanya Mencintai Sederhana Saja, Nyatanya Tak Seperti Itu. Karena Ada Tawa dan Air Mata.
Katanya, mencintai sederhana saja. Mengalir bagaikan air, mengikuti arah hembusan angin. Agar katanya jika suatu haru ada lara yang tercipta, kamu tak kehilangan dirimu seutuhnya. Katanya tatkala mencintai, sisakan dirimu separuh saja karena kita tak pernah tahu bagaimana perasaan seseorang yang dicintai sebenarnya.
Katanya pula, jatuh cintalah setelah kamu benar-benar mampu mencintai dirimu sendiri. Karena jika pada akhirnya cinta itu hilang, kamu akan tetap temukan dirimu sendiri dengan utuh. Sebagaimana awal mula sebelum cinta itu ada.
Sayangnya mereka lupa, bahwa ada yang mampu mencintai berbarengan dengan ia yang semakin mencintai dirinya sendiri. Walaupun ia tahu, bahwa porsi mencintai kepada orang lain selalu lebih besar dibandingkan ia mencintai dirinya sendiri.