Eksintensi Kepenatan dalam Jiwa
- Pexels/Trung Nguyen
Olret – Di dunia ini, tidak ada sesuatu yang abadi. Setiap permulaan dan pertemuan, pasti akan mengalami akhir dan perpisahan. Namun terkadang, manusia sering tidak sabar, bahkan tak sedikit yang memilih menyerah.
Berikut beberapa kisah tentang perjalanan dan kehidupan yang nyaris menemui akhir. Tetaplah memupuk harapan. Walau kepenatan sulit ditolak.
Denting Gelas Piala
Di tempat ini semua bermula
Bersamamu melawan waktu
Mengukir ilmu empat tahun lamanya
Kini kita sudah berada di ujung
Denting gelas piala mengukir kisah
Spatula yang beradu merdu
Racikan bahan penentu masa depan
Sesaat lagi semuanya usai
Entah sejak kapan rasa itu menyapa
Kala penat selalu hadir
Letih yang tak kunjung usai
Hadirmu bagai sebuah candu
Kuingin dentingan itu segera berakhir
Namun ku tak ingin ragamu hilang
Aroma tubuhmu begitu melekat di penciumanku
Berharap hadirmu juga abadi
Penyuka Perjalanan dan Pencinta Senja
Pijakan kami tak hanya satu
Kumpulan air mencipta jarak
Perahu layar kian elok
Melaju membelah asinnya air
Terbangnya waktu dan asam laktat di bahu
Bukan penghalang perjalanan kami
Alasan suka maupun duka cita
Penduduk +62 tetap menggandrungi perjalanan samudra
Mayorita +62 terbatas ekonominya
Pun penyuka perjalanan dan pencinta senja
Menjadi berbagai alasan layar berkembang
Terus maju bahariku
Kalau kata pepatah, “Nenek moyangku seorang pelaut.”
Memang benar adanya
Maritim pertiwi sangatlah kaya
Harapan
Harapan
Kompulsif mimpi menjadi ada
Realisasi upaya dan munajat
Manifestasi asa dalam sanubari
Harapan
Eksistensi kesakitan yang berbuah manis
Harmoni jejak dan peluh
Kontinu tanpa bertanya akhir
Harapan
Sedatif jiwa yang lelah
Repetitif kepasrahan
Adiktif akan pertolongan Tuhan
Eksintensi Kepenatan dalam Jiwa
Kumpulan orang berkemeja putih dihiasi dasi
Melangkahkan kaki tanpa minat
Eksistensi kepenatan dalam jiwa
Kembali berkumpul ditengah keramaian yang sama
Diri dan jiwa yang merdeka,
Muak dengan semua ini
Batin meneriakkan suara kebebasan
Manifestasi diri lepas dari kekangan
Cukup dengan semua ini
Tidak ingin terbangun tanpa lembayung
Cukup dengan semua ini
Tidak ingin terbangun tanpa apresiasi
Alam bawah sadar menarikku keluar
Dari adiksi pusaran kesibukan yang sama
Sanubari juga butuh kemerdekaan
Memejamkan mata dan menikmati tujuan hakiki