Karena Diperjuangkan Untuk Dihalalkan Lebih Indah Dari Dijadikan Pacar, Setuju?
- quora
Olret – Sejauh ini aku hanya mengerti diperjuangkan untuk menjadi kekasih bukan untuk jadi istri. Sejauh ini kata memperjuangkan adalah sebatas perhatian penuh di awal masa pendekatan. Saling tertarik satu dan yang lain. Ada rasa peduli, suka lalu jadian. Aku belum pernah diperjuangkan seserius ini. Tanpa perhatian yang biasa aku dapati.
"Sudah makan?" "Istirahat ya jangan lelah." "Sedang apa ingat jangan terlalu capek nanti kamu sakit." Denganmu kalimat klise seperti itu tidak aku dapatkan. Tapi entah kenapa aku merasa baik-baik saja.
Jika biasanya isi pesan yang ku dapat seputar pertanyaan sedang apa, di mana dan dengan siapa? Tapi denganmu pertanyaan klise itu berganti dengan pertanyaan apa visi dan misi mu menikah? Bagaimana gambaran rumah tangga yang kamu inginkan? Nanti jika telah menikah pilih tetap kerja atau jadi ibu rumah tangga? Wow, pertanyaanmu berat.
Gadis awam seperti disodorkan pertanyaan super serius seperti itu. Kamu tau saat membacanya aku terpaku.
Tidak tahu untuk membalas apa. Aku kehabisan kata. Dan logika mendadak lumpuh. Jika kamu tanya aku siap menikah atau tidak dengan lantang aku jawab iya. Tapi tidak pernah terpikir olehku disodorkan dengan pertanyaan berat seperti itu. Aku kira menikah cukup aku suka kamu dan kamu suka aku. Beres. Selesai.
Nyatanya menikah tak sederhana itu. Katamu mempersiapkan diri itu penting. Menikah juga ada seni yaitu dengan ilmu.
Aku hanya bisa diam mendengarnya. Kamu tidak sama dengan laki-laki yang pernah mendekati. Kamu dengan diam membuatku kadang berpikir kamu itu serius atau hanya sekedar bercanda. Biasanya yang katanya ‘memperjuangkanku’ itu sibuk menarik perhatianku. Namun kamu biasa saja.
Sepanjang aku hidup laki-laki yang katanya ‘memperjuangkan’ hanya berani bertamu ke rumah
izin membawaku pergi, entah itu hanya sekedar jalan berdua, nonton atau mencicipi tempat makan baru. Sebatas itu. Tapi kamu beda, laki-laki yang tidak hanya ingin bertamu tapi juga ingin bertemu bapakku, katanya ingin berbicara serius. Tentang putrinya.
Sejauh ini laki-laki yang mendekatiku hanya mampu berucap janji tapi tidak dapat menepatinya. Menjadikan ego dan nafsu di atas segalanya. Menyulut pertengkaran lalu membuat aku sakit hati. Yang katanya memperjuangkan lebih sering memancing amarah, lalu ribut dan putus.
Tapi kamu, laki-laki yang datang ke rumah bukan meminta izin pada ibu bapakku untuk membawa anak gadisnya pergi menyusuri jalan tanpa ikatan halal tapi meminta restu kedua orang tua ku untuk menerima lamarannya.
Kamu tamu yang membuat aku si pemilik rumah tersenyum malu-malu saat bertemu. Kamu tamu yang datang ke rumah membuat jantungku berdetak berkali-kali lebih cepat. Kamu tamu yang tidak hanya mengetuk pintu rumah tapi juga pintu hati aku dan orangtuaku.
Perasaan ini baru pertama kali aku rasakan. Begini toh diperjuangkan yang sesungguhnya. Bukan untuk merusak tapi untuk menjaga. Bukan untuk dijadikan mantan tapi diikat menjadi pendamping. Terima kasih telah memperjuangkan aku yang biasa-biasa ini.