Marwan Hakim, Bapak Pendidikan di Pelosok Gunung Rinjani yang Sering Dikira Tukang Ojek
- www.satu-indonesia.com
Melihat hal ini, ia pun kembali melakukan pendekatan untuk menggaet tenaga pendidik. Karena saat itu Marwan belum bisa mengganjar para guru dengan bayaran tinggi, ia pun melakukan persuasif dan silaturahmi untuk menarik simpati.
Dengan ketulusan, banyak di antara mereka yang akhirnya merasa terpanggil dan mau membantu menularkan ilmunya walau dengan bayaran Rp 5000 perjam dan iuran hasil panen yang diuangkan sebagai transport.
Panggilan hati ini datang setelah melihat realita dan kondisi yang ada di Desa Aikperapa. Meski ada yang tidak mempunyai ijazah guru dan dengan bayaran seadanya, orang-orang mulia ini terus menjalankan sekolah ini
Namun sayang, perjuangan Marwan belum berhenti sampai di situ. Masyarakatnya sudah berhasil dibujuk, gedung sekolah sudah berdiri, tetapi izin dari dinas pendidikan setempat tak kunjung didapat.
Berulang kali ke kota kabupaten membuat Marwan harus menebalkan sabar karena terus ditolak. Meski begitu, ia tidak menyerah dan menolak untuk menyogok.
Menurutnya, kalau proses awalnya saja sudah tidak benar, kedepannya nanti juga kurang berkah. Karena Marwan menilai, ini adalah perbuatan mulia untuk membantu pemerintah mencerdaskan kehidupan bangsa, jadi ia merasa tidak perlu melakukan suap.
Setelah terus berupaya selama kurang lebih setahun, sekolah formal buatan Marwan akhirnya mendapatkan izin. Di 2005, SMP dan SMA pertama di Aikperapa ini telah meluluskan 200 murid SMP dan 50 siswa SMA. Para lulusannya bahkan sudah mengecap pendidikan di sejumlah perguruan tinggi.