Part 4 : Teror Pasangan Pendaki Mistis di Gunung Ciremai

Alasan mendaki gunung lawu
Sumber :
  • www.ngayap.com

Wajahku sumringah melihat kehadiran orang lain di gunung ini. Dua orang pendaki yang sedang sibuk memasak. Satu orang lainnya tampak duduk dimulut tenda, kakinya menjorok keluar, memperhatikan rekannya yang sedang sibuk.

Saat Berhubungan Seks, Mengapa Wanita Tersakiti?

Tapi aku juga melihat penampakan sosok lain. Disekitar mereka hantu-hantu berwujud orang desa ada di mana-mana. Sebagian besar berkerumun disekitar pendaki yang sedang memasak. Wajah-wajah sendu itu memperhatikan seorang pendaki yang sedang mencicipi kuah mie. Mereka tampak kelaparan.

Aku sudah bersiap akan menyapa pendaki-pendaki ini ketika orang itu mencolek ku dan menggeleng-gelengkan kepala.

5 Pertanyaan yang Pantang Kamu Tanyakan Saat Lebaran

"Sekarang ini mereka ngga bisa melihat kita." Katanya.

Aku terperangah mendengarnya. Apakah aku sudah jadi hantu?

Lebih Baik Ditinggalkan, Daripada Dipertahankan Tapi Serasa Diasingkan dan Tidak Dihargai  

"Kita dan mereka ada di tempat yang sama, tapi berbeda dimensi." Sambung orang itu lagi. "Percuma nyapa, mereka ngga akan dengar."

Aku lalu menunjuk sosok-sosok hantu kurus berwujud orang desa itu, meminta penjelasan.

"Mereka tadinya orang kampung biasa dikaki gunung. Mereka dibawa kesini untuk kerja romusha di jaman Jepang. Disiksa, kelaparan dan akhirnya dieksekusi. Mayatnya dibuang didaerah ini."

Aku iba mendengar masa lalu pahit yang harus hantu-hantu ini alami.

Orang itu menggamit lenganku, mengajakku kembali meneruskan perjalanan. Aku mengangguk, lalu mulai melangkah. Ada rasa sedih harus berpisah dengan pendaki-pendaki ini. Bagiku mereka adalah simbol kehidupan biasa. Tenang dan tanpa konflik. Sementara aku harus pergi menuju kerajaan gaib gunung Ciremai. Keceriaan mereka adalah keceriaanku dan Ayu beberapa malam yang lalu. Semoga mereka tidak mengikuti kesalahan kami.

Halaman Selanjutnya
img_title