Part 4 : Teror Pasangan Pendaki Mistis di Gunung Ciremai

Alasan mendaki gunung lawu
Sumber :
  • www.ngayap.com

Jari-jari itu hilang begitu saja. Tapi aku masih tidak berani bergerak. Firasatku mengatakan makhluk menjijikkan itu masih ada disekitar, aku hanya tak tahu dia ada dimana ketika tiba-tiba aku melihat hal yang paling mengerikan sepanjang hidupku. Sebuah tangan mencengkeram pinggang ku dari bawah. Tangan yang satunya bergerak perlahan menggores perut, naik ke dada hingga akhirnya mencengkeram bahuku.

5 Pertanyaan yang Pantang Kamu Tanyakan Saat Lebaran

Dan perlahan sebuah wajah yang mengerikan muncul diantara dua tangan itu. Matanya menatap kosong ke mataku. Hanya mata kosong itu yang tersisa diwajahnya. Seluruh wajahnya hancur dan bernanah.

Dahinya penuh borok-borok besar yang siap meletuskan darah dan nanah kapan saja. Wajah itu terus naik, matanya tetap terpaku ke mataku. Pelan dan pasti dia merayap di perutku, naik ke dadaku, leher dan langsung tepat berada di wajahku. Mata bulat besar itu terus saja lekat menatapku, semakin dekat.

Lebih Baik Ditinggalkan, Daripada Dipertahankan Tapi Serasa Diasingkan dan Tidak Dihargai  

Mataku menatap ngeri ketika mulutnya terbuka menampakkan belatung-belatung yang menggeliat didalamnya. Mulut itu kian membuka lebar dan semakin lebar, seluruh wajah itu sekarang adalah mulut yang menganga, tangannya mencekik leherku, mulut itu semakin mendekat dan mendekat!!

Yang pertama kulihat ketika siuman adalah wajah orang itu. Tubuhku lemas, tidak sanggup untuk digerakkan.

Seluruh tulang serasa lepas dan kepalaku terasa nyeri. Ada rasa sakit disekitar leherku. Ketika aku menyentuhnya, tampak noda darah dijariku. Tubuhku langsung mengejang, kakiku tersentak saat ingatanku kembali pulih menghadirkan kembali saat kuku-kuku hitam Kalong wewe itu menusuk leherku.

Perjalanan Cinta Jung Kyung Ho dan Sooyoung SNSD, 12 Tahun Pacaran, Akankah Menikah?

"Udah tenang! Jangan panik! Setan sialan itu udah ngga ada." Kata orang itu sambil membantuku minum teh hangat.

Mendengar itu aku kembali tenang. Tapi rasa sakit disekitar leherku masih terasa panas. Bekas hitam di leherku kelak tidak akan hilang selama berminggu-minggu.

"Terima kasih bang." Suaraku terdengar lirih. Tapi aku sungguh-sungguh berterima kasih. Tanpa kehadirannya entah bagaimana nasibku dan Ayu.

"Bukan gue." Jawabnya pelan, sambil membereskan kompor bekas memasak air panas. Suaranya terdengar lemah.

Halaman Selanjutnya
img_title