Part 7 : Teror Pasangan Pendaki Mistis di Gunung Ciremai
- ngayap.com
Sebuah tangan tiba-tiba muncul dari belakang dan menarik tanganku. Aku langsung histeris. Kaki dan sebelah tanganku yang bebas dengan panik memukul dan menendang-nendang berusaha melepaskan diri dari cengkraman mahkluk apapun itu.
Lalu sebuah suara yang kukenal dan terdengar agak kesal, "Hormatin orang yang udah mati boy."
Aku membuka mataku. Orang itu berdiri tegak dibelakangku "ayo gerak. Waktu lu ngga lama lagi." Kata orang itu lagi sambil berjalan menjauh.
Aku terseok-seok mengikuti langkahnya yang tampak terburu-buru. Kabut tebal kelabu masih mengelilingi kami, tapi orang itu nampaknya mengerti arah langkahnya. Sebentar-sebentar aku menoleh ke belakang. Firasatku mengatakan ada sesuatu yang mengikuti, tapi tiap kali kutoleh yang ada hanya kekosongan.
Kabut semakin menipis, tapi perasaan mencekam malah kian terasa. Intensitasku menoleh ke belakang semakin sering. Tiap kali aku melonjak kaget, merasakan tangan dingin menyentuh tengkukku. Aku tak mampu lagi membedakan yang mana halusinasi atau kenyataan. Apakah hanya perasaanku atau memang benar sebuah tangan.
Menipisnya kabut sama sekali tidak membantu. Bayangan-bayangan gelap pohon cantigi yang kurus dan bercabang dimataku bagaikan sosok hantu yang berdiri diam. Berkali-kali aku terjatuh, tapi orang itu menengok pun tidak. Dia masih terus berjalan. Hanya sesekali dia melirik jam ditangannya atau menyalakan rokoknya. Semua dilakukan sambil berjalan.