Bukan Jarak yang Salah tapi Kita yang Tidak Mampu Menjaga Komitmen
- ch3
Olret – Tak perlu mencari alasan atas kisah yang hanya berakhir jadi kenangan. Tak perlu ‘mengkambinghitamkan jarak’ sebab ia tak pernah salah.
Kita saja yang menjalaninya penuh drama. Aku yang terlalu polos menerima dengan mentah setiap klarifikasi dan kamu yang tak mampu menjaga kesetiaan. Aku pernah yakin jarak tidak akan membuat kita jauh. Jarak bukan sebagai pemisah. Karena kita punya sesuatu yang dijaga bernama komitmen.
Jika dulu aku mengutuk jarak karena membuat rindu tertahan. Kini aku bersyukur jarak pernah memisahkan kita.
Jika dulu aku mencoba menikmati rinduku dengan penuh sabar tapi kini rindu sudah tak berbekas lagi. Maaf rasa rinduku sudah tak lagi ada padamu. Kamu yang selalu menjadi alamat atas rinduku . Tak usah datang lagi padaku.
Kamu yang aku kira selamanya ternyata hanya sementara.
Aku pernah yakin jarak antara kita ini hanya sementara. Nanti selepas kita menyelesaikan urusan masing-masing, Tuhan pasti akan berpihak pada kita. Menakdirkan dalam ikatan yang menjanjikan.
Mau ku sesederhana itu. Namun yang terjadi tak sederhana yang aku harapkan. Kamu berulah. Kepercayaanku kau salahgunakan. Empatiku terkikis. Perlahan prasangka yang tidak ingin aku yakini menguap layaknya lava yang siap dimuntahkan.
Maafmu sekedar di lisan. Sepertinya komitmen yang kau janjikan hanya sebatas di mulut saja. Mana yang katanya saling menjaga hati ? Mana yang katanya sering memberi kabar ?
Mana yang katanya tak akan singgah ke lain hati ? Mana yang katanya saling berjuang ? Semua hanya omong kosong. Buktinya yang terlihat oleh mataku adalah kamu yang semakin menjauh. Hilang tak ada kabar. Dan ternyata kamu sedang berjuang merebut kasih sayang wanita lain.
Aku tak menampik jika aku pun ‘hampir’ mendua. Namun atas dasar komitmen yang kita bangun, aku menyadari kesalahanku dan meninggalkan dia yang menawarkan bahu.
Maaf sudah menyudutkanmu. Melimpahkan segala salah padamu. Padahal kita berdua sama. Sama-sama berkhianat apa pun alasannya kita pernah memberi ruang untuk orang asing masuk dalam cerita kita. Mau ia menetap atau sebatas singgah , tetaplah salah. Tak seharusnya memberi celah untuk mendua.
Aku berterima kasih pada jarak yang pernah membuat kita ‘jauh’. Darinya aku sadar. Bahwa hubungan yang sehat itu harus dibangun di atas komitmen yang sungguh-sungguh, kesetiaan yang tak terhingga dan kejujuran.
Kita mungkin pernah memimpikan akhir yang indah selepas jarak ini usai. Tapi nyatanya skenario Tuhan tak pernah mampu diprediksi manusia. Tak perlu saling menyalahkan. Cukup saling mendoakan yang terbaik.