Cinta, Sungguh Suatu Misteri yang Bisa Membuat Tertawa, Kadang Menangis di Waktu Sama
Musnah mimpi, serangkai kebetulan manis pun kubenci dan nyaris tak kupercaya lagi bahwa skenario cinta ada yang berujung bahagia. Seberusaha apapun aku agar layak dicintai, takkan menyatu jika memang dihatinya tak tergaris namaku. Sekeras apapun memaksa tak begini akhirnya, yang terancang akan selalu terjadi menurut kehendak Pencipta.
Bukankah satu-satunya yang bisa kulakukan hanya menerima dan berlapang dada? Sudah sering kali aku melepas. Sudah sering kali aku mengalah. Sudah sering kali aku pergi dari arena hanya untuk menyuguhkan bahagia bagi sosok yang kucinta. Sudah sering kali aku membiarkan hal ini berulang kali jadi siklus yang biasa dimaklumi.
Sudah sering kali aku mempersilahkan orang lain untuk duduk menggantikan peran yang biasa kulakukan. Ingin rasanya sekali bertolak dari apa yang biasa kulakoni. Tak perlulah kepala menyodori seharusnya aku berbuat apa.
Kali ini aku hanya mengandalkan hati, ke arah mana ia seharusnya pergi. Karena memperjuangkanmu justru membuatku semakin sadar untuk segera menekan tombol henti. Aku takut ada yang terluka lebih lama, lebih sering, lebih sakit. Entah aku atau kamu.
Aku Pun Pernah Jatuh Cinta Berkali-Kali, Namun Nyatanya Takdir Kebahagiaan Karena Cinta Belum Pernah Berpihak.
Berkali aku jatuh cinta, semakin lama semakin meningkat sakitnya. Mungkin karena aku terlalu merasa memiliki, jadi kurasakan kehilangan dini yang terlalu menyakiti. Kini, perasaan masih begitu kental seiring dengan sesak yang ikut berjejal.
Tidak perlu ada yang tahu, airmataku penuh dibungkus oleh tisu-tisu itu. Tidak perlu ada yang mendengar, isak tangis yang menggelegar. Tidak perlu ada yang melihat bahwa aku sebenarnya tak nyaman dengan pemandangan yang disuguhkan.