Semakin Aku Mengenangmu, Semakin Sakit yang Kurasakan Sayang
- Pexels/Palu Malerba
Olret – Kunang-kunang
Oleh : Muhamad Hidayatuloh
Lambang keindahan malam yang kini hanya tinggal cerita. Malam itu aku duduk tanpa alas di emperan bungalow menghadap hamparan kebun teh yang seketika hijau nya hilang ditelan pekat gelapnya malam, hanya menyisakan dingin dan sendu, seperti bibir yang tak mampu berkata-kata ketika melihatmu mulai menjauh, walau hanya untuk sekedar menahanmu agar tetap tinggal, dan tidak pergi.
Disampingku duduk seorang laki-laki tua yang Sehari-hari ku panggil dia Ayah, ia yang seolah sengaja menemani ku menikmati sendu malam ini, ditempat ini. Mungkin dia sedikit banyak paham, anak laki-laki yang sudah melewati masa remaja nya sedang tidak baik-baik saja, terutama soal perasaan.
Dia yang beberapa hari lalu ikut mendengar kabar bahwa wanita yang tempo hari anak laki-laki nya pernah bercerita dan meminta untuk melamarkan nya, telah memilih pergi untuk kemudian berlabuh, di labuhan yang mungkin baru saja ia kenal, namun terlihat luas nan megah.