Berbagai Macam yang Semesta Suguhkan, Mengapa Kamulah Garis Akhir Dari Segala Ingatan

Jika Dia Mencintaimu
Sumber :
  • u-repot

Olret Viva – Kupikir, semesta akan mengetuk perlahan kedua kelopak mataku, lalu menyadarkan dari mimpi yang ketinggian.

Sebab Jatuh Hati Ini Telah Terlanjur, Tak Mungkin Aku Bisa Mundur

Nyatanya, ia mengejutkan dengan sebuah kenyataan, bahwa kebahagiaanku selama ini sedang menikmati bahagianya yang tanpa aku. Kini, sering kali aku bertanya-tanya, adakah hujan di tempatnya berpijak? Atau di sekeliling terasa seperti musim semi selamanya?

 

Kisah Kita Sedang Dituliskan, Ataukah Semuanya Hanya Semata-mata Harapan

Semisal ada yang menyebut ini cinta, barangkali hatiku langsung menyetujuinya. Namun akalku, bilang tidak. Sebab aku pun tahu, jika cinta tak baik kurelakan begitu saja. Ini sudah bukan tentang musim yang terus berganti.

Ini tentang hati, yang bersikeras masih menanti—meski tak ada yang pasti. Tanda tanya besar mengganggu dalam benak, sibuk mempertanyakan nyata atau tidak. Di satu sisi aku merelakan bahagiamu, namun di sisi lain bertanya-tanya mengapa bukan denganku.

Sebab Berulang Kali Aku Menunjukkan Diri, Namun Tak Sekali Pun Kamu Menyadari

Di satu sisi aku enggan untuk lebih lama menunggu, di sisi lain barangkali masih ada harapan untuk kita bersatu. Ternyata tak semudah itu menjadi rela, meski untuk melihatmu bahagia.

 

Semakin aku merasa ini tak adil, semakin pedih terasa di hati. Percuma terus begini. Toh aku di sini, kamu dengannya, kita tak mungkin bersama. Baiknya kupadami saja segala bara yang masih menyebut namamu tanpa jeda, agar luka ini tak kubiarkan terus menganga.

Baiknya memang kita tak lagi saling menyapa, sebab sepatah kata darimu mampu memanggil jutaan debar di dadaku.

 

Seperti tahu betul kelemahanku, semesta selalu menghadirkan kamu. Atau mungkin aku yang diam-diam mengantarkan kenangan tentangmu, hingga pada titik yang terdekat.

Berbagai macam hal yang semesta suguhkan, mengapa kamu lah garis akhir dari segala ingatan? Rasanya aneh, ketika ingin pergi dari hati yang tak pernah dihuni. Barangkali sama seperti melepas yang tak ada dalam genggaman.

 

Rasanya aneh, ketika harus merelakan hati yang tak pernah dimiliki. Barangkali serupa meninggalkan tempat yang belum sempat kujejaki. Rasanya aneh, ketika harus terluka sebab sesuatu yang kuanggap cinta, padahal kamu tak pernah menganggap itu ada.

Barangkali serupa menangis tersedu, namun tanpa air mata. Barangkali serupa aku yang kepadamu, dan titik takdirku yang hanya ingin henti di situ.