Untuk Menyelamatkanmu Dari Orang yang Salah, Allah Mematahkan Hatimu
Olret – Ketakutan terbesarku adalah patah hati. Jiwa yang tampak tegar dan kuat ternyata cukup renta jika dilihat dari dalam. Dirimu tak cukup hadir untuk bisa memulihkan setiap luka yang ada.
Masih aku ingat bagaimana dinginnya tatapanmu di penghabisan senja. Menanyakan bagaimana keputusan untuk menyudahi saja cerita kita. "Aku pergi ya?" katamu, hanya dibalas anggukan olehku.
Terbesit kekecewaan luar biasa lewat matamu yang bicara. Sepucuk air mata memaksakan diri untuk meninggalkan muara tempatnya berada.
Kau berharap agar diriku membalas tidak, namun hatiku terpaksa menjawab "Iya". Entah ini keputusan tergila yang pernah kubuat ketika pikiran berkecamuk dalam kepala.
Akhirnya, dirimu pergi tanpa menitipkan pesan apa-apa. Senja kemudian berganti malam, pertanda ku harus menutup lembaran kelam pada masa-masa yang silam. Diriku berharap masih ada pagi yang menanti, menyinarkan kembali ruang kosong yang telah lama tak terisi. Semua itu karena.... Dia.
Meski Pada Akhirnya Kenangan Kita Hanya Menjadi Sebuah Kisah yang Tak Berakhir Dengan Bahagia.
Tak apa, sedikit luka rasanya tak membuatku terlalu patah. Diriku cukup mengerti bagaimana memperbaiki sobekan kecil di dalam hati, bagaimana belajar menumbuhkan kesabaran lewat sepotong tragedi penculikan hati, apalagi sekadar meredam rasa, ketika kau lah pelaku utama yang meneteskan sebuah cuka di atas luka.