Cintamu Mengukir Jejak Kenang, Bagiku yang Selalu Dahaga Akan Dekapmu
- Pexels/Jeffrey Czum
Olret – Bagi sebagian orang, sosok yang dicintainya adalah semestanya. Dunia yang akan membuatnya tetap melangkah.
Karena bagi mereka, orang tersebut mampu membuatnya kembali bersemangat di saat lelah, dan obat di kala sakit.
Semestamu Aku
Kuteringat, dahulu
Pagiku kau sambut mesra
Dari ujung kaki hingga ujung kepala
Lengkap dengan kasihmu
Selalu ada, selalu bahagia
Semestamu aku, dengan semua ketidakberdayaanku
Tanpa keluh, tanpa letih
Cintamu mengukir jejak kenang, bagiku yang selalu dahaga akan dekapmu
Perpisahan Semesta
Hijau dedaunan di balik jendela kamarku
Meneduhkan keihklasan tanpa pinta
Menguarkan apa-apa yang bukan apa-apa
Ia hanya pesuruh, tak berpinta
Esok saatnya ia gugur,
Semesta mengucap perpisahan
Dunia kita, semesta kita
Mengharapkan keikhlasannya tetap mengakar
Tumbuh, mengisi rongga-rongga bumi yang kian layu
Hapus Dia
Aku tahu, kamu bisu
Tapi kumohon, berdentanglah
Agar rasa itu kembali menyusup,
Hapus bentangan jarak
Aku tahu, kamu buta
Tapi kumohon, lihat hatiku
Agar jasadku kembali merasakan pelukmu
Hapus dia, hapus mereka, hanya ada kita
Melepas Semua Kekang
Layang-layang yang bebas
Menarik ingin ku tuk terbang
Menembus remang-remang
Meninggalkan tanah lapang
Yang kusayang, yang malang
Mari bersenang-senang
Kelak aku akan terbang
Melepas semua kekang
Sepi, Kosong
Aku pulang, aku datang
Sepi, bumi semakin kosong
Semua pulang, meninggalkan kepalsuan
Berjalan jutaan tahun menuju sang Tuan
Hingga saat itu akhirnya menyapa, ia datang
Lembaran terbuka tanpa batas
Bibir kelu, menunggu ucapnya
Aku pulang, aku datang
Tuan telah menunggu
Hari ini, rumah begitu ramai
Padahal bumi semakin kosong
Ayat-ayat Semesta
Debur ombak membawa tahu
Semakin jauh semakin dalam
Ilmu Tuhan bak samudra
Tanpa tepi, terhampar begitu luas
Kubaca ayat-ayat semesta
Kebingungan menguasaiku
Tak jarang begitu nihil
Nyatanya, menyamakan frekuensi juga butuh energi
Menangkap sinyal semesta, semua tak hadir dengan omong kosong