Tidak Apa-apa untuk Mengambil Jeda, Tidak Apa-apa merasa Lelah

Ilustrasi Perpisahan
Sumber :
  • Pexels/Felix Büsselmann

Olret – Hai, apa kabar? Jangan berpura-pura tersenyum lagi, ya. Menjadi apa adanya tidak ada salahnya, kan?

Allah Menguji Bukan Untuk Menyakiti, Agar Kamu Menjadi Pribadi yang Lebih Baik Lagi

Tidak apa-apa merasa lelah, penat, dan sakit.

Tidak apa-apa.

Jika Merasa Lelah dan Putus Asa, Teruslah Berjuang dan Berdoa Kepada Allah

Tidak apa-apa untuk bercerita. Tidak apa-apa untuk mengambil jeda.

Tidak apa-apa.

Aku Sudah Merasa Lelah

Memikirkan Diri Sendiri Itu Bukan Suatu Bentuk Keegoisan

Hai, sudah merasa lelah?

Iya, aku pun sama.

Ketika warna langit mulai memudar, tubuh mulai meminta banyak istirahat.

Hari ini,

Terima kasih karena sudah datang. Aku sempat mencarimu. Namun, kau selalu datang tanpa membuatku menunggu lama.

Terima kasih karena tetap melangkah. Aku pernah kembali bangkit hanya karena melihat langkahmu yang tidak pernah berhenti.

Terima kasih karena telah menemaniku berjuang. Semua memang butuh waktu, dan kau mengingatkanku untuk tidak terburu-buru.

Kalau boleh jujur, aku ingin mengucapkannya langsung, tapi mungkin kau tidak bisa mendengarnya.

Hai, sampai jumpa lagi besok.

Semoga waktu itu masih milik kita.

Lelah Ini Harus Disudahi

Ada kalanya kita memang harus pindah. Keadaan dan perasaan yang lebih baik tidak akan datang dengan terus berdiam diri.

Lelah ini harus disudahi.

Sepi ini harus diakhiri.

Konflik ini harus disudahi.

Kita harus pindah!

 

Melangkah menuju mereka yang bisa disebut sebagai, rumah yang baru. Kamu, aku, dan kalian berhak mendapat ketenangan. Bersenang-senang dengan atmosfir yang lebih baik. Mungkin, disini tidak seramai disana, tapi disini kita bisa lebih merasa hidup karena merasa damai.

Terlalu Banyak Hal yang Melampaui Batas

Aku terlalu terkejut saat melihat dan mendengar kejadian kemarin. Begitu banyak hal yang melampaui batas.

Terlalu banyak hal yang seharusnya tidak terjadi, tapi kini sudah ramai dimana-mana. Hal-hal penuh tawa dan kegembiraan, yang biasanya menjadi tempat bersembunyi ketika penat, kini sudah tidak aman.

Ada apa dengan mereka?

Namun, semakin banyak aku bertanya-tanya, mereka bertingkah semakin gila!

Mungkin mereka memang gila dan lupa cara bernapas. Lupa cara bersenang-senang. Dan lupa bagaimana caranya menjadi manusia.

Meski begitu. Meski apa pun yang sudah mereka lakukan. Tidak ada yang salah dengan tempat bersembunyi kita. Tidak ada. Meski racun sudah mereka ditebar, tapi masing-masing kita punya penawarnya. Iya, kita masih punya kendali untuk tetap menjadi waras, kok.

Jangan khawatir.