Seluas Ingin yang Berbenturan dengan Keterbatasan
- Pexels/João Jesus
Olret – Perpisahan Semesta
Hijau dedaunan di balik jendela kamarku
Meneduhkan keikhlasan tanpa harap
Menguarkan apa-apa yang bukan apa-apa
Ia hanya pesuruh, tak berpinta
Esok saatnya ia gugur
Semesta mengucap perpisahan
Dunia kita, semesta kita
Mengharapkan keikhlasannya tetap mengakar
Tumbuh, mengisi rongga-rongga bumi yang kian layu
Nyatanya, dia tidak benar-benar pergi
Dia tinggal di setiap sudut kalbu
Semesta mendekap keabadiannya
Kalbu yang tersentuh tak akan layu
Cahayanya meletup-letup
Berpijar yang menyeret-nyeret
Menarik dan menolak
Celah-celah Harap Tertutup Rapat
Singa berbadan besar menyapa di ujung netra
Tingginya ilalang tak menelan sang raja
Taring kekuasaannya mencekamku
Lari? Tembok pembatas itu tak mampu kuterjang
Sembunyi? Celah-celah harap tertutup rapat
Menyerah? Nyawa masih kucintai
Kilatan matanya menggetarkanku
Nyatanya ini lebih mematikan daripadanya
Pertolongan alam datang tanpa terlambat
Aku yakin kuasaNya melebihi jagat
KehendakNya memenuhi rongga galaksi
Pinta tanpa jeda mengetuk pintu langit tanpa henti
Nyatanya, Dia memegang kunci dari pintu-pintu yang tertutup
Pertolongan semesta membuatnya menunduk
Bahkan berjalan pun tak mampu
Hanya perintahNya yang dapat melakukannya
Seluas Ingin yang Berbenturan dengan Keterbatasan
Aku berjalan di permadani bumi nan lapang
Seluas ingin yang berbenturan dengan keterbatasan
Aku ingin berlari di atas langit
Berujar pada semesta, “Aku merindunya, bisakah ia segera datang?”
Hujan menari bersama ingin
Menghempasnya ke bumi tapi tidak jera juga
Ingin pun begitu, sudah jatuh berkali-kali tapi semakin melangit
Keesokan harinya kulihat padi semakin menguning, nyatanya jatuh berkali-kali ada hikmahnya
Angin menerbangkan dedaunan keresahan
Menjejak di bumi mencari bahagia
Resah lenyap karena mendekap Tuhan
Definisi bahagia yang dicari
Bumi terus berputar
Malam melindungi ambisiku dan memerintahnya menunduk
Siang membakar raguku dan melecut kemenanganku
Semua sudah baku, Tuhan menghamparnya untuk kita
Kumenunggu
Kumenunggu tanpa jemu
Melihat yang lain mendahului
Dalam panik bertanya, "Kapan?"
Kabar darimu sangat kunanti
Rasa penasaran ini menyerangku
Empat hari lagi tepat dua tahun
Sesuatu yang kukita 'kita' lenyap tanpa bekas
Asal mula 'kita' berasal dari kepasrahan dan melepaskan