September Ceria Bukan Omong Kosong
Olret – Keajaiban Tuhan
Minggu keempat bulan Mei. Apa kabar kalian hari ini? Masih menunggu kabar baik?
Iya. Aku pun sama, masih setia di sini menanti keajaiban Tuhan. Detik demi detik menjemukan dengan kegelisahan yang menggerayangi.
Ingat, Tuhan punya seribu satu kejutan, kan? Aku dan kamu tentu berharap kejutan ini akan segera menyapa. Tentunya berupa kejut kesenangan. Karena beberapa bulan kebelakang, kita sudah cukup terkejut dengan serangan virus. Ayolah, ini bukan hanya mematikan raga. Namun juga jiwa.
Entah berapa banyak yang mendadak gangguan mental sejak keinginannya untuk banyak di rumah terpenuhi? Entah berapa banyak yang menganggap telur goreng dan teh hangat sebagai kemewahan? Dan entah berapa banyak yang bertahan dalam gelap karena tak mampu menghidupkan lampu dan ponsel. Ayolah, jangan berputus asa. Aku pun sedang berjuang. Berusaha untuk tetap tegap dan sehat meski kondisi kian mengganas.
Masih memandang bunga di pekarangan sambil terus menunggu. Awalnya, aku merasa ini sedikit berat. Namun dengan bantuan Tuhan, ini sama sekali tidak sukar, kan? Siap untuk berpasrah bersama?
Janji Tuhan
Hari ini otakku kosong tetapi begitu penuh. Ide-ideku kosong. Kebingungan menyergap kala jemari hendak menulis sebuah kisah.
Tak jarang, aku begitu ingin berteriak. Menjeritkan kesenangan. Melepas kelegaan. Dan berucap harap yang terus kupupuk.
Kalian percaya dengan janji Tuhan, kan?
Aku pun terlalu mempercayainya. Hingga tak jarang, aku begitu ingin bercerita tetapi apakah bisa?
Bibirku terkatup dan lupa cara bicara. Haruskah aku membagi tau?
Pagi itu, aku lemas dan lemah. Hal yang sangat kubenci dari keadaan itu adalah otakku menyuntikkan racun untuk dicerna tubuh. Lalu Tuhan datang dan mengelus puncak kepalaku. Saat aku menoleh, kosong. Tuhan tidak ada di sana. Namun, kamu.
Kamu adalah salah satu tangan Tuhan yang hadir di tengah kegelisahanku. Aku berusaha menarik senyum. Mempercepat langkah. Tak membiarkan waktu lolos begitu saja. Dan mengunci rapat bibirku. Berharap hadirmu begitu nyata.
Mereka selalu berkata tentang keceriaan September. Lalu, bisakah ceria itu bukan sekadar omong kosong?