Yang Kupinta Jadi Jodohku, Tapi Allah Berkenan Jadi Jodoh Kakaku
- tiktok @mikadisini17
Olret – Aku melihatnya ditengah celah jendela kelas yang tengah terbuka, hatiku merasa senang melihat senyuman itu kembali merekah dibibirnya. "jangan hanya berani mengintip lewat jendela mas bro...", sapa rizal sambil menepuk pundak kiriku, dia adalah sahabat karibku yang mengetahui bagaimana perasaanku kepada azifa, teman satu kelas kami.
"Aku tidak ingin mengajaknya bermaksiat kepada Allah..." sontak saja rizal ngakak mendengar jawaban singkatku yang seakan-akan menyindirnya karena tengah menjalin hubungan dengan lina sepupuku.
"Siapa yang menyuruhmu mengajaknya berpacaran, cuma...kalau kamu memang yakin dia baik dan punya keinginan untuk memilikinya seutuhnya lebih baik minta izin langsung kepada orang tuanya.
Aku langsung terkesiap mendengar perkataan sahabatku barusan, yang terpikir pertama dalam otakku adalah moment pernikahan, tanggung jawab suami, mencari nafkah dan menjadi imam keluarga. "Aku memang menyukainya tetapi untuk melanjutkan kejenjang pernikahan masih harus aku pikirkan beberapa kali".
"Kenapa?" rizal mengernyitkan dahi.
"Menikah bukan sesuatu hal yang mudah, butuh kesiapan diri lahir dan batin, lagipula untuk saat ini aku masih belum punya pekerjaan yang pasti, lalu mau diberi makan apa nanti istri dan anak-anakku".
"Tapi, dengan menikah Allah akan menjamin rezeki keduanya bro..." rizal menyela dengan antusias.
"Iya aku tahu soal itu, tapi alangkah lebih baiknya jika kita mempersiapkan diri sebelumnya...lagipula wanita jaman sekarang sulit diprediksi"
"Kenapa begitu" tanya rizal kembali. Namun, aku hanya tersenyum dan meninggalkannya, tetapi tidak disangka-sangka orang yang baru saja menjadi bahan pembicaraan muncul didepanku saat aku hendak keluar dari pintu kelas.
"Kak irfan..." panggilnya. Sontak saja aku terdiam dan menanggapinya dengan sebuah senyuman agar tidak terlihat terlalu kaku. "Ada apa...?", lanjutku sambil menghadap kearahnya.
"Kak, boleh minta tolong..." akumelihatnya dia tengah mengambil sebuah lembaran kedalam tas yang tengah ia gendong. "Kak, ini tugas kemaren yang dosen minta, jadi saya kumpulkan lebih awal lewat kakak ya...karena 2 hari lagi aku berencana untuk pulang kekampung halaman.
Aku hanya mengangguk mendengar perkataan, sebenarnya aku ingin sekali berbicara lebih banyak kepadanya, tetapi takut dikira KEPO karena memang pada dasarnya aku jarang berbicara padanya.
"Nggak apa-apa kan kak, kalau aku titip kak irfan...?". Lagi-lagi aku membalasnya dengan sebuah senyuman dan anggukan. "Yaudah, makasih kak bantuannya..." ucapnya sambil berlalu meninggalkanku. "Ternyata Allah mendengar dentingan hatimu bro...wahahaaaaaa" rizal kembali menggojlokku karena memang kejadian tadi sempat membuatku terperengah dalam diam.
^_^
Sepulang dari kampus aku menghampiri abangku yan tengah berbicara serius dengan kedua orang tuaku. "Ya sudah lusa saja kita ke orang tuanya kak...." aku mendengarkan perkataan ayah yang sepertinya tengah membahas sesuatu yang penting.
"Emang mau kemana yah...tumben ngumpul gini" tanyaku sambil duduk disebelah kakakku. Ibuku hanya tersenyum dan mengisyaratkan kepada ayah untuk menceritakannya, "Kakakmu mau meminang seorang perempuan..."
ayah berbicara dengan senyum yang merekah. Sontak saja aku ngakak, karena satahuku kakakku memang selama ini tak pernah terdengar punya hubungan dengan seorang perempuan, dan dia juga tidak bercerita jika ia tengah menyukai seorang perempuan.
^_^
Hari ini dirumahku nampak begitu rame, karena semua kerabat terdekat tengah berkumpul untuk mengikuti acara pinangan kakakku, dan akupun juga ikut andil dalam keramaian tersebut, aku merasa senang sehingga akupun lupa untuk mengabari zaki kalau hari ini aku nggak bisa masuk kekampus.
"Bro...tugas teman-teman ada dikamu kan, ditanyain pak zainal tuh" aku langsung meninggalkan kerumunan keluarga yang tengah bersiap-siap untuk berangkat. "Sob...sekarang juga kamu rumahku ya, karena hari ini aku nggak kekampus, jadi tolong ambil tugas teman-teman kesini" balasku pada zaky.
Dan alhasil 15 menit setelah itu aku melihat zaky datang dengan muka penuh tanda tanya. "Kok rame banget, ada apa?" sapanya sambil menghampiriku. Dan aku menjawabya sambil meyerahkan setumpuk kertas "Kakakku mau ngelamar....", "kemana???" selanya dengan antusias dan senyum mengolok.
"Aku juga nggak tahu, karena aku tahunya juga baru kemaren pas pulang dari kampus. "Oooo...yaudah bro, aku balik kekampus dulu takut pak zainal sudah nyampek kelas". Aku mengangguk dan mengantarnya kedepan motornya yang terparkir dihalaman.
^_^
Dalam perjalanan menuju tempat yang akan keluargaku singgahi, tiba-tiba aku mengingat senyum indah azifa, hingga aku tak sadar mengeluarkan senyum dan membuat kakakku yang tengah duduk bersebelahan denganku berkata, "Kenapa senyum-senyum sendiri...?".
Aku hanya menggeleng dan balik mencandainya "Kakak kenal dari mana perempuan ini?". "Ini bocah tidak pernah berubah, nggak jelas...ditanya malah balik nanyak". Aku langsung ngakak mendengar perkataannya.
^_^
Sesampainya di rumah calon kakak iparku, aku merasa tidak asing dengan pephonan rindang yang ada didepan rumahnya, tetapi aku tidak ingat dimana aku pernah melihatnya.
Dan yang paling tidak disangka-sangka lagi, setelah orang tuaku mengutarakan niat baiknya kepada orang tua calon iparku itu, aku merasa terkesiap melihat perempuan yang hadir diantara kami adalah sosok perempuan yang memang selama ini aku semogakan didalam doa.
Hatiku terasa sangat sedih, karena perempuan yang ada diujung ruang tamu itu adalah azifa teman sekelasku yang selalu membuat hari-hariku bersemangat untuk ngampus.
"Dia satu kampus kayaknya denganmu..." Ucap kakakku sambil tersenyum bahagia, dan akupun langsung menunduk dengan senyum yang dibuat-buat. "Iya kak, dia teman kampusku...dan malahan dia satu kelas denganku......dan dia wanita yang tadinya aku mau ceritakan kepada kakak" lanjutku dalam hati.
Aku sesekali melihat wajah gembira azifa yang tengah duduk bersebelahan dengan ibuku. "Ternyata doa kakak lebih Allah kabulkan ketimbang doaku..." rintihku dalam hati saat melihat keduanya tengah beradu pandang bahagia.