8 Dalil Pentingnya Sikap Amanah Dalam Menjaga Rahasia Orang Lain.

Cara Mengatasi Kebiasaan Kesepian Dalam Islam
Sumber :
  • ngayap.com

Olret –8 Dalil Pentingnya Sikap Amanah Dalam Menjaga Rahasia Orang Lain. 

Kejar Akhirat, Insyaallah di Dunia Akan Bahagia Juga

Ketika seseorang berbagi suatu rahasia pada dirimu. Maka sebagai seorang muslim yang baik. Sebisa mungkin kamu harus bisa menjaga amanah dengan tetap merahasiakannya. Bukan justru menjadikannya bahan gosip dengan orang lainnya. 

Sebab ketika seseorang sudah berbagi rahasianya, tandanya dia mempercayai kamu. Namun, jika memang sejak awal kamu tidak yakin bisa amanah. Maka tolaklah dan jangan mau dititipkan suatu rahasia. 

Warganet Setuju Dengan Kartika Putri Soal Sindir Wanita Berhijab Pakai Rok Sebetis di Mal

Dalam islam sendiri, wajib menjadi orang yang amanah dalam menjaga rahasia. Ada beberapa dalil yang menguatkannya. dikutip dari rumaysho.com inilah beberapa dalil untuk menjadi orang yang amanah dalam memegang rahasia juga janji. 

1. Dalil Pertama

Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu juga pernah menceritakan bahwa ketika saudari perempuannya Hafshah bintu Umar menjanda, Umar bin Al Khattab radhiyallahu ‘anhu lalu menawarkan Hafshah kepada Utsman. Utsman radhiyallahu ‘anhu lalu menolak tawaran Umar.

Sabarlah! Dia yang Telah Tertulis Untukmu Akan Tetap Menjadi Milikmu

Umar kemudian menawarkan Hafshah kepada sahabat yang lain, yaitu Abu Bakr Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu. Abu Bakr hanya terdiam, tidak memberi jawaban. Umar pun menjadi marah kepada Abu Bakr.

Setelah beberapa hari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ternyata datang meminang Hafshah. Umar pun lantas menikahkan putrinya itu dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Setelah itu Abu Bakar menemui Umar dan berkata, “Mungkin engkau marah kepadaku ketika engkau menawarkan Hafshah tetapi aku tidak memberikan jawaban?”

Umar berkata, “Ya.”

Abu Bakar lalu berkata,

“Sebenarnya tidak ada yang menghalangi diriku untuk memberi jawaban atas tawaranmu, hanya saja sebelumnya aku telah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyebut-nyebut nama Hafshah. Oleh karena itu aku tidak akan menyebarkan rahasia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Andaikata beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkannya, sungguh akulah yang akan menikahinya.” (HR. Bukhari, no. 5122)

2. Dalil Kedua

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Kami semua, para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang berada di sisi beliau pada saat itu. Kemudian menghadaplah putri beliau, Fathimah radhiyallahu ‘anha dengan berjalan dengan cara jalannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ketika beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melihatnya, beliau pun menyambutnya dengan baik dan bersabda, “Marhaban hai putriku.” Fathimah disuruhnya duduk di sebelah kanannya atau -menurut riwayat lain- di sebelah kirinya. Seterusnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membisikinya, lalu Fathimah menangis dengan tangisnya yang keras sekali.

Setelah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat kegelisahan putrinya lalu dibisikinya sekali lagi. Fathimah pun tertawa.”

Aku berkata kepada Fathimah, “Engkau telah diistimewakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di antara sekalian istri-istrinya dengan dibisiki, kemudian engkau menangis.” Sesudah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri dari tempatnya, lalu aku bertanya kepada Fathimah, “Apakah yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam padamu itu?” Fathimah menjawab,

“Aku tidak akan menyebarkan apa yang dirahasiakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.“

Sesudah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, aku pun berkata kepada Fathimah, “Aku sengaja hendak bertanya kepadamu dengan cara yang sebenarnya, supaya engkau memberitahukan kepadaku apa yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.“

Fathimah menjawab, “Sekarang aku akan memberitahumu. Adapun yang dibisikkan oleh beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pada pertama kalinya, yaitu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitahukan kepada aku bahwasanya Jibril dahulunya memberikan kepadanya wahyu dari Al-Quran itu dalam setahun sekali, sedang sekarang dalam setahun diberikan dua kali. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya aku tidak mengetahui tentang datangnya ajalku itu, melainkan tentu sudah dekat. Maka dari itu bertakwalah engkau dan bersabarlah, sesungguhnya saja sebaik-baiknya salaf (pendahulu) bagimu adalah aku.” Karena itu lalu aku menangis sebagaimana tangisku yang engkau lihat dulu itu.

Selanjutnya setelah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat betapa kegelisahan hatiku, lalu aku dibisikinya untuk kedua kalinya, lalu beliau bersabda, “Wahai Fathimah, tidakkah engkau suka jikalau engkau menjadi penghulu dari seluruh wanita dari kalangan kaum mukminin atau penghulu dari seluruh wanita dari kalangan umat ini?” Oleh karena itu, maka aku pun tertawa sebagaimana yang dulu engkau lihat.” (Muttafaq ‘alaih, dan Ini adalah lafazh Muslim)

3. Dalil Ketiga

Dari Tsabit, dari Anas radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangiku dan di waktu itu aku sedang bermain-main dengan beberapa orang anak. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan salam kepada kami, kemudian menyuruhku untuk sesuatu keperluannya. Oleh sebab itu aku terlambat mendatangi ibuku. Selanjutnya setelah aku datang, ibu lalu bertanya, ‘Apakah yang menahanmu?’”

Aku pun berkata, “Aku diperintah oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk sesuatu keperluannya.”

Ibu bertanya, “Apakah hajatnya itu?”

Aku menjawab, “Itu adalah rahasia.”

Ibu berkata, “Kalau begitu jangan sekali-kali engkau memberitahukan rahasia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut kepada siapa pun juga.”

Anas berkata, “Demi Allah, andaikata rahasia itu pernah aku beritahukan kepada seseorang, sesungguhnya aku akan memberitahukan hal itu kepadamu pula, wahai Tsabit.” (HR. Muslim, no. 2482)

4. Dalil Ke empat

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya termasuk manusia paling jelek kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah laki-laki yang menggauli istrinya kemudian dia sebarkan rahasia ranjangnya.” (HR. Muslim, no. 1437).

Ibnul Jauzi rahimahullah berkata menjelaskan maksud rahasia di sini adalah,

“Yang dimaksud dengan rahasia dalam hadits ini adalah aib atau cacat yang ada pada badan yang tak terlihat. Ini adalah amanah yang harus dijaga.” (Kasyf Al-Musykil min Hadits Ash-Shahihain, 3:174)

5. Dalil Kelima

Dari Sufyan bin Asid Al-Hadhrami radhiyallahu ‘anhu, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

”Khianat terbesar adalah ketika engkau membicarakan saudaramu perkara yang bagimu itu menganggap dirimu jujur, padahal baginya dirimu adalah pembohong.” (HR. Abu Daud, no. 4971. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini dhaif).

6. Dalil Ke enam

Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Jika seseorang menceritakan suatu peristiwa kemudian ia berpaling, maka cerita itu menjadi amanah.” (HR. Abu Daud, no. 4868; Tirmidzi, no. 1959; Ahmad, 14514. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).

7. Dalil Ketujuh

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Di antara tanda munafik ada tiga: jika berbicara, berdusta; jika berjanji, tidak menepati; jika diberi amanat, berkhianat.” (HR. Muslim, no. 59)

8. Dalil Kedepalan

Allah Ta’ala berfirman,

“Dan penuhilah janji, karena sesungguhnya janji itu akan ditanyakan.” (QS. Al Isra’: 34).