Part 8 : Teror Gunung Dempo Pagar Alam Sumatera Selatan
Aku menarik nafas panjang, mengumpulkan tenaga ku sambil berusaha tak mendengarkan suara-suara yang semakin mendekat. Sekali lagi ku lirik kabut tebal dibawahku.
"Jangan lagi kau toleh-toleh itu! Ayo cepat, dek!!" Bang Idan terus meneriaki ku.
Sekali lagi kuhirup nafas panjang lalu mulai berpegangan akar seperti yang Bang Idan perintahkan. Dari atas, tangan Bang Idan dan Anes juga berusaha menggapaiku.
"Terus, Dek. Sedikit lagi." Bang Idan memberiku semangat.
Tanganku berpegangan kuat pada akar yang mencuat di tebing, kaki kiriku bertumpu pada akar kecil sementara kaki kananku bergerak-gerak mencari pijakan. Di bawah, suara-suara minta tolong itu terdengar semakin mendekat.
Satu gerakan, lalu tangan Bang Idan mengenggam tangan kananku. Anes dengan cekatan membantu menarik tangan kiriku ketika tiba-tiba ku rasakan tangan-tangan dingin menyentuh betisku. Aku membelalak ngeri melihat puluhan tangan muncul dari kabut dan menggapai-gapai serta menarikku.
".... Alpiiiin, ikut kami, Alpiiiiin.... "
".... Alpiiiin, alpiiiiiin...... "
"BAAANG IDAAAN, TOLONG BAAANG." Aku kembali histeris. Tangan-tangan itu semakin kuat menarikku ke bawah.