Part 10 (End) : Teror Gunung Dempo Pagar Alam Sumatera Selatan
- U-Repot
Olret – Masih berkutat dengan berbagai makhluk halus di Part 9 : Teror Gunung Dempo Pagar Alam Sumatra Selatan. Pada akhirnya kamu masih harus berjuang hingga titik darah penghabisan.
Aku panik dan tak mengerti. Mengapa yang lain seakan tak melihat Putri itu. Mata Putri itu terus menatapku dingin, tangannya menarik kerah baju Yuni yang terus memberontak dan menjerit-jerit. Semua saling berteriak dengan panik. Keadaan makin mencekam kala kelima temanku seakan kalah dan mulai terangkat.
Ku kumpulkan keberanian, lalu mengambil sebatang kayu dan berteriak sambil mengayunkan kayu itu ke tangannya. Aku benar-benar kalap.
"LEPASKAN! LEPASKAN BANGSATTT!!"
Bang Amran tiba-tiba menerkamku dan memegangi tanganku sambil berteriak, "JANGAN! JANGAN!!"
Bang Idan juga berteriak-teriak padaku, "ALPIN, JANGAN! KENAPA KAU PUKUL KEPALA YUNI! ALPIN, JANGAN!"
Bang Amran akhirnya menjatuhkan kayu yang kugenggam dan menjatuhkanku. Kutatap keatas, pandangan putri itu melekat padaku dengan tatapan murka. Kemudian entah dari mana terdengar suara raungan harimau membahana. Aku menjerit histeris sambil menutup telingaku. Auman harimau itu seakan merontokkan setiap sendi di tubuhku. Kulihat Putri itu pun melepaskan Yuni dan terbang menjauh. Aku semakin histeris ketika melihat sepasang Harimau sebesar sapi dewasa diatas tanjakan.
Kedua harimau itu menatap Putri yang terbang semakin jauh. Raungannya sudah berhenti, hanya menyisakan geraman-geraman yang tak kalah mengerikannya. Ketika Putri itu hilang, kedua harimau itu berbalik menatap kami.
Tubuhku panas dingin, aku gelagapan tapi tak mampu mengeluarkan suara sedikitpun untuk memperingatkan yang lain. Tubuhku terasa lumpuh. Kedua harimau itu tepat berada tanjakan di atas teman-temanku.
Aku panik bercampur bingung. Bagaimana mungkin mereka tidak melihat Harimau sebesar itu. Tatapanku berpindah-pindah antara kedua Harimau itu dan teman-teman yang sedang sibuk menenangkan Yuni yang menangis.
Bang Amran tiba-tiba membentakku, " TADI KENAPA MAU KAU PUKUL KEPALA YUNI!!?"
Aku menggeleng-gelengkan kepalaku dan menjawab bentakan Bang Amran, "Aku bukan pukul Yuni, Bang. Aku pukul Putri yang muncul didepan kita di Puncak! Yuni mau dibawanya!"
Mendengar jawabanku, wajah Bang Amran dan yang lain langsung pucat. Keheningan mengambil alih, yang terdengar hanya isak tangis Yuni. Bang Idan berpaling pada Yuni dan bertanya, "Tenang, Dik. Tenang. Kamu kenapa tadi?"
Yuni menenggelamkan wajahnya diantara dua lututnya dan menjawab, "Ada bayangan hitam mau masuk ke badanku, Bang. Aku takut."