Seumur Hidup Itu Terlalu Lama, Jika Kamu Habiskan Bersama Orang Yang Salah

Pertanyaan untuk Ditanyakan Saat Kehidupan Seks Kamu Menderita
Sumber :
  • freepik.com

Berbeda dengan Papanya dulu, Si Papa tiri, selalu mencoba memberikan banyak perhatian kecil kepada Sang Istri. Membelikan sepatu putih, ikut membantu mengganti pot kesayangan Sang Istri, membelikan taplak meja dan hal-hal lainnya baik pada istrinya maupun anak-anaknya. Terpenting, dia selalu mengajak jalan-jalan istrinya setiap sore untuk melihat matahari terbenam dan melihat bunga-bunga yang bermekaran, sambil memberitahu nama bunga itu satu persatu pada istrinya. Tak lupa, setiap saat selalu menggegam tangan istrinya mesra.

Papa tiri juga memberikan banyak perhatian pada anak-anak. Selalu mencoba dan memuji menu baru yang disiapkan istri dan selalu menghabiskannya. Sedangkan, Si istri selalu tersenyum saat suami dan anak-anaknya menyukai masakannya.

Saat Si Istri sakit. Papa tiri pula yang sigap menunggu dan merawatnya sebaik mungkin. Membawakan satu buket bunga lily dan memotongkan buah. Dia jarang sekali terlihat beranjak dari tempat duduknya di samping Sang Istri, kecuali untuk hal-hal urgent semata. Sampai, hal itu sering membuat tatapan iri dari pasien lainnya pada Sang Istri yang ditunggui.

Saat itu, anak mereka baru sadar akan ucapan Mamanya saat kekeh berpisah dengan Papa atau suami pertamanya dulu. Yaitu seumur hidup terlalu lama jika dihabiskan dengan seseorang yang tidak bisa membuat kita nyaman dan menjadi diri sendiri.

Pernikahan bukan cuma perlu dua orang yang baik, tapi perlu dua orang yang bisa merasa nyaman satu sama lain. Pernikahan itu saling melengkapi, bukan hanya saling menuntut, sehingga salah satu pasangan merasa bahwa dia seperti kehilangan jati dirinya dan potensinya.

Papa pertama memang lelaki yang baik, namun Papa tiri bukan hanya sekedar baik, dia juga mampu membuat istrinya nyaman bersamanya. Papa pertama mungkin lelaki yang bertanggung jawab dalam keluarga, namun istrinya juga butuh suami yang peduli dan mengerti dirinya, juga hal-hal yang tak disukainya.

Sehingga si anak memberikan cuitan terakhir, “Memang bercerai bukanlah menjadi tujuan. Namun, kalau bisa menikah dengan orang yang tepat, kenapa harus bertahan pada seseorang yang tidak tepat, kemudian bercerai? Dan ternyata cinta saja tidak cukup dalam hubungan, rasa nyamanlah yang diinginkan semua orang.”