Menghabiskan Malam Menuju Pagi
- Pexels/Jeffrey Czum
Olret – Akhir-akkhir ini waktu terasa bergulir semakin cepat. Banyak hal yang belum dilakukan, tetapi hari tiba-tiba sudah berganti.
Namun di sisi lain, terkadang waktu bergerak begitu lambat. Padahal sudah banyak momen yang terlewatkan.
Menghabiskan Malam Menuju Pagi
Menghabiskan malam menuju pagi
Kelak kan kutemui, semua sesal telah di tabur
Menghabiskan malam menuju pagi
Wajah kosong terlihat di setiap sudut ruang
Menghabiskan malam menuju pagi Detik-detiknya tak bermakna dan ia menggenggam tawa seorang diri
Kini, malam telah tersingkap dan fajar nyaris terengkuh
Mencari makna di antaranya
Potongan kata begitu mendesak untuk dihambur Semua tanya yang tersimpan, mendobrak kuat untuk dimuntahkan
Sesak yang semakin menggila sudah tak tertanggungkan
Menghabiskan malam menuju pagi Namun, apakah ia pernah peduli?
Merelakan
Merelakan bukan berarti menyerah
Mengikhlaskan bukan berarti kalah
Berpasrah bukan berarti putus asa
Ingin? Tak perlu dipertanyakan
Mengenggam? Sudah menjadi sebuah asa
Namun, apa ia selalu begitu?
Nyatanya tidak
Terlalu erat merengkuh membuatmu patah
Terlalu kuat memintal ingin membuatmu retak Terlalu keras bertautan membuatmu sesak
Optimis dan Ketakutan
Kala itu, aku terlalu takut untuk melangkah Namun, ia tak henti menarikku
Menarikku keluar dari kungkungan rasa
Dan agaknya, ia berhasil
Di detik akhir, aku mengintip dan meyakinkan diri
Ini tidaklah sulit Aku hanya perlu menulis Dan sisanya, serahkan pada Sang Pengatur
Gulungan kata itu pun dapat diterima
Semua suka cita membuatku membuka mata
Kejut pun tak terakkan Aku bisa, seperti suntikan optimis yang selalu ia suarakan untukku, waktu itu
Dan hari ini, tepat satu tahun sejak langkah pertamaku di dunia aksara
Terima kasih, kamu
Terima kasih, kalian Terima kasih, aku
UNTUK AKU DAN KAMU
Untuk aku dan kamu, Sudah! Cukup! Berhenti sampai disini!
Mari berpegangan erat! Menyamakan frekuensi, dan berlari di koridor kebenaran
Nyanyian Sunyi
Bagai langit malam Kelamnya menampakkan cahaya bintang
Gulitanya melebur lelah Pekatnya menunjukkan waktu merebah
Bagai langit malam Nyanyian sunyi mengantar ruang-ruang lelap
Bisikan dingin mengisi di antaranya
Tanpanya, aku mampu melihat orion
Bagai langit malam Petunjuk alam semakin jelas, hanya ketika malam Bulan penuh menggantung sebagai tanda
Dan kala ia menghilang, hangat mentari tak menimbulkan sesal