Review Drama Korea The Eighth Sense, Kisah Mahasiswa Kampung di Seoul
Olret – The Eighth Sense tidak menyerupai drama korea pada umumnya. Berbeda dengan banyak komedi romantis lainnya, cerita ini memancarkan getaran yang canggih. Mengambil pengaruh dari media LGBTQ+ di Barat, serial ini mengangkat alur cerita yang rumit dengan tema-tema yang cerdas.
Genre ini sering kali membuat protagonis menjadi kekanak-kanakan untuk menciptakan narasi lucu dengan pasangan yang menarik. Sebaliknya, The Eighth Sense memungkinkan karakternya berperilaku seperti orang dewasa muda sejati yang minum, merokok, berpesta, dan bercinta. Mereka memiliki obrolan yang realistis, aspirasi yang berhubungan, dan pengalaman yang mentah.
Meskipun menunjukkan kedewasaan yang luar biasa, The Eighth Sense memusatkan plotnya pada masa muda. Sang protagonis melakukan transisi yang rumit dari masa remaja ke masa dewasa, menghadapi tantangan dalam perjalanannya.
Dia berjuang untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan kota dan menghindari sosialisasi. Seiring waktu, Ji Hyun keluar dari zona nyamannya, menjadi tegas, dan membebaskan dirinya dari rasa tidak aman.
The Eighth Sense dengan ahli menggambarkan karakternya dalam tampilan kehebatan bercerita yang penuh kemenangan. Tulisannya brilian namun halus, menyinggung ide-ide tematiknya tanpa menjelaskan semuanya kepada pemirsa.
Plot menarik lainnya adalah penggambaran masalah kesehatan mental. Serial ini memperkenalkan Jae Won sebagai seorang kekasih ramah tamah yang membuat kekasihnya terpesona.