Menjelajahi Dieng, Negerinya Para Dewa Nan Mengangumkan
- Viva/Idris Hasibuan
Candi dieng merupakan Warisan Mahakarya pada Abad ke 7 dari Dinasti Sanjaya. Berdasarkan prasasti yang ditemukan di sini, candi-candi tersebut diperkiran didirakan pada abad ke VIII - XIII masehi, sebagai wujud kebaktian kepada Dewa Syiwa dan sakti Syiwa. Candi ini ditemukan pertama kali pada tahun 1814 oleh seorang tentara inggris yang sedang berwisata dieng dan melihat sekumpulan candi yang terendam dalam genangan air telaga.
Candi dieng disebut juga sebagai candi Mahabarata karena hampir semua nama candi merujuk pada tokoh pewayangan mahabarata. Mulai dari komplek Candi Arjuna, yang terdiri dari Candi Arjuna, Candi Semar, Candi Pantudewa, Candi Sambadra dan Candi Srikandi. Di sisi lain ada komplek Candi Gatotkaca yang terdiri dari gugusan Candi Gatotkaca, Setyaki, Nakula, Sadewa, Gareng, dan Petruk. Namun karena runtuh, yang tersisa hanya candi Gatotkaca.
Puas Dengan Bangunan Epik Penuh Sejarah, Tak Lengkap Rasanya Tanpa Mendaki Gunung Prau dan Bukit Sikunir.
Bagiku mendaki gunung merupakan sebuah udara yang menemani langkahku. Selalu bisa membuat candu untuk menikmati keindahan alam yang kokoh tanpa tiang ciptaan sang Ilahi. Udara dingin dan kabut tipis, sunrise dan sunsed sebagai bukti sang mentari kembali dan datang dari peraduannya untuk memberikan kehidupan bagi penghuni bumi ini.
Tapi sayangnya ketika mendaki gunung prau, suasana alam begitu tak bersahabat sehingga kemegahan 7 gunung yang bisa dilihat dari gunung prau belum terabadikan dalam lensa kamera. Begitu juga dengan bukti sikunir, ketika mengunjunginya justru lautan manusia dan rintikan hujan yang membuat langkah kakiku tak sampai puncak.
Kedua hal tersebut juga yang harus kutuntaskan menggapainya. Hanya sekadar menghabiskan waktu bersama sahabat dengan obrolan santai. Kelak kenangan dengan sahabat tentu akan menjadi sebuah cerita bagi anak-anak kami kelak.