Menjelajahi Dieng, Negerinya Para Dewa Nan Mengangumkan

Suara pernyanyi jalanan yang merdu menambah daftar kangen yang membuat dieng selalu menjadi prioritas masuk dalam list traveling.

Setelah puas dengan keliling Talaga Warna dan Pangilion, saatnya melangkahkan kaki lagi dan menanjak sedikit untuk menuju batu pandang ratapan dieng. Batu ini lebih terkenal dengan sebutan Batu Ratapan Angin, dari sini aku bisa melihat talaga waran dan pangilon dengan jelas. Dari sini lah tempat terbaik untuk menatap kedua danau tersebut.

Puas dengan Batu Ratapan Angin, tak lengkap rasanya bila belum menikmati secangkir kopi ditemani dengan gorengan yang hangat di sekitar batu ratapan ini. Karena turun sedikit sudah ada warung yang menjual berbagai jenis makanan dan minuman.

Secangkir kopi ditemani segarnya udara yang sejuk, membuat obrolan dengan sahabat semakin syahdu. Dimana lagi kamu bisa menikmati obrolan dengan santai dan penuh bahagia bersama sahabat.

Menambah Pengetahuan Melalui Teater dan Kawasan Candi Mahabharata. Sungguh Bangunan Apik Penuh Sejarah Masih Berdiri Dengan Gagah Di sini.



Candi Mahabarata Dieng

Photo :

• Viva/Idris Hasibuan

Setelah puas dengan keindahan telaga warna, saatnya kamu menyaksikan sejarah dieng dengan segala kultur dan keunikannya di teater yang ada di kawasan Dieng ini. Disana kamu bisa menonton vidio yang diputar tentang sejarah Dieng dari masa lampau sampai dengan sekarang. Puas dengan teater, kamu langsung bisa menuju kawasan candi.

Halaman Selanjutnya

Candi dieng merupakan Warisan Mahakarya pada Abad ke 7 dari Dinasti Sanjaya. Berdasarkan prasasti yang ditemukan di sini, candi-candi tersebut diperkiran didirakan pada abad ke VIII - XIII masehi, sebagai wujud kebaktian kepada Dewa Syiwa dan sakti Syiwa. Candi ini ditemukan pertama kali pada tahun 1814 oleh seorang tentara inggris yang sedang berwisata dieng dan melihat sekumpulan candi yang terendam dalam genangan air telaga.