Suka Itu Diperjuangkan, Tikung Dia Di Sepertiga Malam Yang Akhir
Kata-kata yang kukhawairkan akhirnya terjadi juga. Kamu memutuskan hubungan yang sudah kita jalin demi menjalin hubungan baru dengannya. Awalnya memang berat, tapi karena kamu lebih memilihnya akhirnya kamu kulepaskan dengan rasa kecewa.
Aku Juga Pernah Menanti Meski Kutahu Kamu Tak Akan Pernah Kembali.
Bodohnya aku adalah menantikan dirimu yang tak mungkin kembali. Masih saja berharap bahwa kelak kamu menyadari tiada yang mencintaimu dengan tulus seperti diriku. Tapi setahun berlalu tetap saja kamu masih bersamanya. Biarlah diriku belajar ikhlas untuk menerima kenyataan ini.
*
Aku Memenangkanmu dan Memilih Untuk Mencintaimu Dalam Ketetapan-Nya
Beberapa kekecewaan menjerat di selaput netra. Menjatuhkan buih-buih tangis tanpa ada muara. Binar mata ini semakin kuyup tiada henti. Menghitung detik yang tak akan pernah kembali; digilas sang waktu.
Aku ingin menjadi perempuan yang didadanya masih ada sabar tersemat, walau detaknya kian sekarat.
Ada ikhlas yang tak terucap, walau sesaknya semakin menancap. Selalu ada yakin kepada Allaah. Setia untuk memohon petunjuk, karena tahu Dia Maha Mencintai Mahluk. Mari kesini, genggamlah jari-jariku. Kita berdiri, berjalan bersama dijalan-Nya. Dengan keyakinan dalam dada, bahwa Dia selalu ada dalam situasi apapun. Allaah sangat mencintaimu, dear!