Perasaan Ini Tetap Sama, Bahkan Setelah Banyaknya Luka Dan Cerita Yang Tercipta

Jujur Soal Perasaan
Sumber :
  • instagram

OlretPertemuan pertama kita terjadi di kota ini. Kota hujan yang menjadi tempat pertama aku menatap mata dan senyummu hari itu. Kota pertama yang menjadi saksi tangan kita berjabat.

5 Ide Pre-wedding No Ribet dan Kasual. Tak Perlu Pakai Busana Heboh dan Mahal

Pun aku yang memperhatikanmu bermain begitu riang bersama anak-anak yang bisa saja tak kamu kenal sama sekali. Pertemuan pertama kita. Di kota hujan yang menjadi awal dari segala cerita yang ada.

Menjadi saksi tatkala rasa mulai bertumbuh perlahan. Lalu pada akhirnya, di kota ini pula menjadi tempat kita mengulang segalanya. Dengan rasa yang tetap ada, walau sempat remuk redam sebelumnya.

Selain Ibadah, 5 Manfaat Senyum Untuk Kebahagiaan Hidupmu

Hari itu, kita bertemu lagi, di kota hujan ini. Tepat pada waktu pertama kali,hari itu kamu datang melalui pesan pertama sebelum pertemuan pertama kita. Semesta yang bekerja, mempertemukan kita kembali tepat pada jam yang sama setelah jutaan waktu berlalu yang kita lalui sama-sama.

5 Cara Mengatasi Kesepian dan Rasa Malu Untuk Kamu yang Introvert

Bahkan setelah waktu berlalu, yang kadang kala membuat kita tak sejalan. Seringnya membuat kita menjadi orang yang memperbesar ego, ingin didengarkan. Lalu, lagi-lagi kita mereda, meredam, memeluk erat satu dengan lainnya.

Pun meminta maaf bahkan kadang kala kita tak tahu salah siapa. Aku tak pernah mengira, bahwa pada akhirnya kita masih tetap bersama. Merasakan rasa, di kota pertama saat kita jumpa.

Aroma Hujan Yang Masih Kuat Menguar, Menjadi Pengantar Sebuah Pertemuan Setelah Remuk Redam

Aku tersenyum tatkala membaca pesan yang kamu kirimkan. Di tengah lelah yang begitu mendalam. Setelah semua pertengkaran dan rasa tak percaya yang kita alami. Aku tertidur pulas melewati banyak stasiun pemberhentian.

Dalam sebuah harap yang inginku menjadi nyata. Lalu menghantarkan rasa bahagia di sela kantukku yang menyiksa. Aku tak perduli bagaimana hari itu aku tertidur di dalam kereta.

Bersama lelah yang membuatku payah, namun tetap kutemukan debar bahagia yang membuatku tetap ingin terjaga. Di pemberhentian terakhir, aku memikirkanmu. Benarkah kita berjumpa?

Aku tak yakin. Bahkan aku tak berani menaruh harap begitu besar setelah apa yang terjadi diantara kita. Setiap langkah yang membawaku ketempat ini, seperti tombol kembali ke masa lalu. Saat dimana kita melewati banyak hal bersama, dan tetap saling percaya dan masih memilih ada antara satu dengan lainnya.

Ada bahagia tercipta tatkala kutemukan pesanmu kemudian. Memastikan keberadaanku dimana, dan berkabar bahwa sebentar lagi kamu akan segera tiba. Aku lelah hari itu. Aku tak lagi mampu mematutkan diri hanya untuk terlihat menawan di hadapanmu.

Entahlah, aku memasrahkan segalanya. Jika pada akhirnya hari ini kita harus berpisah, biarlah perpisahan itu beriring dengan lelah yang belum segera sirna. Sayangnya, hujan segera tiba.

Aku yang berharap merasa cemas kemudian. Ku kira, kamu tak akan datang. Tetapi ternyata, tak selang berapa lama hujan berhenti aku menemukanmu di ujung sana. Pada salah satu pintu masuk, bersama dengan senyummu yang tetap sama.

Semesta Yang Mengatur Segalanya. Pertemuan Kita Ternyata Bertepatan Dengan Segalanya Saat Pertama Kita Jumpa

Aku belum ingin pulang. Masih ada sisa waktu yang mungkin saja mampu membuatku tenang. Lalu, kutemukanmu disini. Berjalan disampingku. Dengan sedikit basah pada baju. Ada amarah yang tetap tertahan disana.

Setelah apa yang terjadi diantara kita. tetapi, bahagiaku mengalahkan segalanya. Langkah kita yang perlahan, menyusuri jalanan, yang mulai sepi karena sehabis hujan dan pengunjung yang akan pulang.

Sesekali kita tertawa. Sesekali aku masih mengomel, memberitahumu bahwa aku masih belum mampu menerima. Tetapi nyatanya kamu masih tetap sama, menjadi pendengar terbaik dan tahu apa yang harus kamu lakukan agar aku baik-baik saja.

Waktu berlalu, dalam lelah dan bahagia hari itu kita bersama. Setelah sekian banyak waktu, setelah sekian banyak cerita, di kota ini kutemukan lagi sebuah rasa yang tetap sama sejak pertama kita jumpa.

Lalu, saat ku sadari, hari ini adalah hari yang sama saat cerita kita bermula. Pun pada waktu yang sama saat pesan pertamamu tiba. Terima kasih karena telah ada, dan memilih untuk bertemu setelah cerita yang terjadi di antara kita. Aku tak tahu, akan menjadi seperti apa cerita kita selanjutnya. Hanya saja, rasa untukmu masih tetap sama saat segalanya masih baik-baik saja.

Aku menyayangimu, di bawah semesta yang terus memelukmu, memberi bahagia seutuhnya.