Aib Sendiri Tak Tampak Cacat Orang Lain Jadi Gunjingan, Benarkah Ciri Masyarakat Kita?

Ilustrasi membicarakan orang lain di belakang alias menggunjing
Sumber :
  • https://www.pexels.com/@keira-burton

Orlet - Bukan rahasia umum lagi, bahwa di berbagai lapisan masyarakat kita terdapat biang gosip yang selalu berusaha up to date dengan perkembangan terbaru, kasus-kasus yang terjadi di sekitar alias dalam hidup bertetangga.

Belajar Diam Itu Lebih Baik, Apalagi Jika Sedang Menghadapi 5 Situasi Ini

Jika di kota-kota besar dimana tembok dan pagar menjulang tinggi, kesibukan pekerjaan hampir tak pernah membuat mereka mempunyai waktu untuk mengurusi kehidupan orang lain saja masih bisa bergosip ria ketika berkumpul dengan kawan, apalagi ketika anda hidup di desa dimana tingkat gotong-royong masih sangat kental, dimana pagi-pagi anda dapat melihat para ibu-ibu berkumpul di depan rumah sembari memiliki kegiatan berfaedah sampai aktivitas andalan yaitu membicarakan aib orang lain.

Bagaikan peribahasa gajah di pelupuk mata tak tampak semut di seberang lautan terlihat, fasih menguliti habis aib saudara dan tetangga sampai lupa waktu seakan-akan dia manusia paling sempurna yang tak memiliki kecacatan dalam hidup mereka.

Bersyukurlah, Allah Menutup Rapat Aib Kita. Jadi Jangan Mengumbar Aib Orang

Sungguh harus banyak bersabar ketika anda berhadapan dengan makhluk yang katanya memiliki pikiran dan nurani namun kenyataannya lisannya hobi menyakiti.

Lantas, mengapa sih membicarakan aib orang lain alias ghibah terasa menyenangkan?

Banyak faktor yang mendasarinya. Ada yang karena seseorang tersebut sangat membenci orang yang ia beberkan masalah hidupnya agar orang lain ikut membenci, prihatin bukan karena tulus kasihan tapi dalam artian menertawakan penderitaan orang lain, lupa bahwa setiap kali roda dapat berputar sehingga keadaan dapat berbalik pada si pengghibah, senang membandingkan bahwa kisah hidupnya tak seburuk orang lain.

Tak Terduga, Pacarnya Dian di Flim "Tilik", Suaminya Bu Lurah?

Biasanya orang semacam itu apabila orang yang dia hina dibelakang berhasil bangkit dari keterpurukan dan dilimpahi kebahagiaan ia akan merasa kesal.

Hati-hati dengan orang yang mendekat kepada anda saat dilanda masalah. Pahami maksud terselubung mereka. Bisa jadi banyak dari mereka yang pura-pura peduli padahal sendang mengulik informasi sebagai bahan gosip terhangat.

Kendati demikian, anda tak perlu risau apabila mendengar suara-suara yang mengganggu pikiran dan perasaan. Cukup masukkan telinga kanan keluarkan telinga kiri. Bila memang anda salah akui saja namun jangan pernah terpuruk hanya karena ucapan orang-orang yang tak bertanggung jawab.

Selama kita yakin berusaha berubah menjadi lebih baik maka siapapun tak berhak menjudge anda dengan perkataan buruk. Anda tak dapat menutup mulut semua orang dengan kedua tangan anda. Membalas dengan ucapan yang sama menyakitkannya hanya akan membuat anda tidak jauh beda dengan mereka.

Namun, tidak semua masyarakat berlaku semacam itu. Hanya oknum-oknum tertentu yang hobi menghina orang lain. Padahal sudah jelas hukum menggunjing di dalam agama Islam yaitu dosa. Perumpamaan orang yang suka ghibah adalah bagaikan memakan bangkai saudaranya yang telah mati. Ungkapan tersebut terdapat dalam Q.S. Al-Hujurat: 12.

Tidak ada manusia yang sempurna luput dari salah dan dosa. Meski begitu bukan kapasitas kita sebagai sesama makhluk untuk menghakimi. Hidup berdampingan dengan banyak orang memang banyak manfaatnya. Namun, tak jarang pula justru menjadi penyakit hati. Jangankan berbuat salah, anda berbuat benar saja tetap berpotensi dianggap keliru karena setiap dari kita memiliki sudut pandang yang berbeda.

Orang pandai menilai orang lain tapi lupa untuk mengoreksi diri sendiri. Aib diri sendiri dianggap biasa, aib orang lain jadi bahan menghina sungguh ajaib memang kelakuan manusia tak berakhlak. Semoga kita terhindar dari sikap negatif tersebut.