Menikah Bukan Hanya Tentang Cinta, Tapi Niat Suci Untuk Tak Meninggalkan
- google image
Olret – Pernikahan adalah saat di mana diri kita berhenti untuk membandingkan satu sama lain, dan menikah adalah juga tentang kita telah menyiapkan diri untuk tidak membandingkan setiap hal yang ada, karena tentu semua sudah memiliki porsi masing-masing.
Dan menikah adalah saatnya kita melatih diri untuk bisa terus bekerja sama dalam membangun rumah tangga yang diisi dengan penuh cinta dan kebaikan. Sebab ketika kita berani memutuskan untuk menikah berarti kita juga harus berani menjalani semua yang terjadi setelah pernikahan tersebut.
Karena pernikahan bukan hanya tentang menyatunya dua perasaan cinta dari dua insan, tetapi tentang menyatunya dua pemahaman diri. Sebab, perasaan cinta yang hadir di antara keduanya akan terjaga dengan baik jika di antara keduanya suami dan istri tercipta saling mengerti dan saling memahami satu sama lain.
****
Aku Tak Butuh Kata Maaf, yang Kubutuhkan Adalah Perbaikan Sikap Kamu
Karena kita nggak perna tahu pasti apa yang ada di hatinya orang lain. Karena kita nggak selalu tahu persis apa yang akan dialami orang lain, termasuk diri kita sendiri. So, please, keep husnudzon. Jikapun pada akhirnya orang tersebut lebih buruk dari apa yang kita sangka, jikapun pada akhirnya kita mengalami peristiwa yang lebih buruk dari apa yang kita duga, setidaknya kita harus tetap husnudzon; Bahwa Allah selalu punya maksud. Dan itu pasti baik. [Kutipan Buku Genap]
Saat lelah terasa sangat, saat kondisi seolah tak memihak, saat pengorbanan serasa tak dihargai; mungkin saatnya kita berhenti sejenak, untuk sekedar mengingat kenapa kita ada di sini, untuk apa kita di sini. Karena pada akhirnya, semua kembali pada awalan yang bernama; niat. [Kutipan Buku Menata Hati]
Karena Aku Tahu Tidak Ada Manusia yang Sempurna, Termasuk Aku dan Kamu.
Bisa sih diobati dengan memperbaiki diri menuju kesempurnaan, tapi khawatir malah enggak sembuh-sembuh. Karena kesempurnaan biasanya diiringi dengan banyak tuntutan. Harus begini, harus begitu. Jadi daripada capek, mendingan kita jadi diri sendiri, dengan segala ketidaksempurnaan kita, yang saling mengobati dengan penerimaan. [Kutipan Buku Menata Hati]
Saat aku menerima kamu menjadi istriku, yang diresmikan melalui prosesi akad nikah, saat itu juga aku berjanji dalam hati, untuk menjadi suami yang baik lagi bertanggung jawab untuk kamu. Dan untuk menjadi bertanggung jawab, aku harus kuat. Termasuk kuat untuk berdamai dengan perasaan kali ini. Perasaan bersalah. Perasaan tak berdaya. Mungkin termasuk perasaan-perasaan lain yang sudah pernah kamu rasakan sebelumnya. Aku tahu, aku tak boleh berlama-lama dalam kondisi ini. Aku harus segera bangkit. Untuk kamu. Untuk keluarga kita. [Kutipan Buku Genap2]