Mungkin kawin lari adalah Satu-satunya Cara Menjaga Otak dan Kewarasan Tetap Berada di tempatnya

Menghargai Pasangan
Sumber :
  • pexel

Olret – Hari beranjak sore dengan sisa-sisa hujan yang masih menetes dari ujung atap. Aku berlari kecil menuju teras, lalu mengibas bajuku yang sedikit basah. Meski sudah memakai jas hujan, bajuku tetap sedikit basah.

Jangan Terbebani Dengan Segala Cacian, Tapi Jadikan Pecutan Agar Kamu Lebih Semangat Berjuang

Ada beberapa hal yang menggangguku selama di perjalanan. Pertama, Hary, salah satu temanku yang tiba-tiba menghilang. Lelaki pendiam itu beberapa kali kerap seperti ini. WhatsApp dan semua sosial medianya seolah-olah mati.

Jika sudah begitu, sakitnya pemilik akun Hary_00 itu adalah alasannya. Wajar jika sekarang aku mengkhawatirkannya. Namun, melihat sosial medianya yang baru aktif tadi pagi membuatku sedikit lega. Setidaknya ia masih hidup walau semua pesan-pesanku sejak 2 hari lalu, mengenai data supplier, masih terabaikan.

Kisah Nyata (Part 5): Angkernya Jalur Dukuh Liwung Gunung Slamet

Terkadang aku bingung dan iba dengan orang-orang seperti Hary. Sudut hatiku mengatakan, ia sedang menanggung masalah yang berat. Hary sedang tidak baik-baik saja. Sementara aku tidak tahu bagaimana caranya menolong, bagaimana cara bersikap.

Menjadi diri yang baru ternyata menuntutku untuk lebih mahir dalam bersikap dan berpikir. Terlebih, lelaki jangkung itu selalu enggan buka suara. Bersahabat lebih dari setahun belum cukup untuk membuatnya percaya padaku. Hary memang setertutup itu.

Aku Menerimamu Apa Adanya Dirimu, Sayang!

Dan yang kedua adalah Yuqi yang sekarang berada di rumah Om Aldi. Gadis berambut merah sepunggung itu akhirnya menyetujui usulku untuk kawin lari. Mungkin ini adalah satu-satunya cara untuk menjaga otak dan kewarasan kami tetap berada di tempat yang seharusnya.

Setelah pembicaraan di atap, Yuqi akhirnya luluh juga. Ia memang sosok yang mudah dipengaruhi.

Halaman Selanjutnya
img_title