Beauty Privilege Bikin Setengah Masalah Hidup Kelar, Benarkah?
- https://www.pexels.com/@SoldierVIP
"Cantik ya. Tak jadikan anak buahku saja biar nanti bisa naik kartap (karyawan tetap)."
Begitulah kiranya beberapa kalimat yang terlontar dari mulut para atasan tersebut. Kadang juga, cara menegur ketika mereka berbuat salah, keliru dalam mengerjakan tugas akan berbeda dengan karyawan lain yang tidak disukai si leader.
Disisi lain beauty privilege memang memberikan keuntungan bagi yang dikaruniai Tuhan wajah cantik. Namun, ternyata hal tersebut juga bisa mendatangkan musibah. Contoh kasus dimana si cantik yang selalu di anak emaskan, justru selalu mendapat cibiran, sindiran dari mereka yang membenci, tidak terima dan iri terhadap apa yang dicapai si beauty ini.
Tampak kejam kan? Kendati demikian, tidak semua orang, semua perusahaan menetapkan standar cantik untuk menjadi karyawan mereka. Karena beberapa tempat kerja memegang prinsip yang mana attitude serta skill adalah hal terpenting.
Kemudian ada lagi soal etika publik figur yang sering berlalu-lalang di media. Meski bermasalah, terlibat kasus hanya karena dia seorang artis, banyak netizen yang tetap mendukung. Seolah menggampangkan dengan mengatakan untung cantik. Biasanya mereka terbagi dua kubu. Satu menghujat satu membela habis-habisan.
Cara pandang tersebut ternyata berlaku pula di masyarakat kita. Enteng sekali mengeluarkan statement seperti pantas saja kelakuannya begitu, cantik emang sih.
Tak perlu risau, sebab kecantikan bukanlah suatu perlombaan. Setiap tempat memiliki standar kecantikan berbeda-beda. Kita hanya perlu berada di tempat yang menghargai kita sebagai manusia. Bukan sekedar menilai dari rupa.