Kisah Saksi Mata yang Melihat Hancurnya Rumah DI Panjaitan Ditembaki Tjakrabirawa
- dokumentasi keluarga DI Panjaitan
Meida adalah adik kandung Marieke Tambunan istri DI Panjaitan. Saat itu Meida sedang berada di Jakarta menemani suaminya Maraden Panggabean (Deputi Men/Pangad untuk wilayah Kalimantan) yang bertugas.
Maraden Panggabean yang kelak menjadi Panglima ABRI dalam buku biografinya "Berjuang dan Mengabdi" memuat cerita istrinya Meida Tambunan saat datang menghampiri rumah DI Panjaitan pada pagi hari 1 Oktober 1965.
Berikut cerita Meida Tambunan saksi mata yang melihat hancurnya rumah DI Panjaitan ditembaki Tjakrabirawa, dinukil dari buku "Berjuang dan Mengabdi".
Bab: Meletusnya Gerakan 30 September (G-30-S)
Setelah pesawat terbang yang membawa suami saya mengangkasa, saya kembali ke mess melalui rute yang sama ketika kami pergi ke lapangan udara.
Saat itu jam menunjukkan pukul 07.00 dan keadaan pun sama saja dengan sewaktu kami lewat sebelumnya. Lapangan Monas dan sepanjang jalan masih ditempati oleh pasukan-pasukan TNI Angkatan Darat dalam keadaan siap tempur.
Di depan Gedung Pusat Telekom beberapa pasukan sedang berjaga-jaga. Setibanya di mess, seorang pembantu dengan muka yang pucat dan suara terputus-putus melaporkan, bahwa Katryn, putri Brigadir Jendral D.I. Panjaitan baru saja datang mencari saya.